Jakarta (ANTARA News) - Perkembangan terbaru di Amerika Serikat tentang pagu utang mendorong pelaku pasar membeli rupiah pada perdagangan sesi pagi di pasar uang spot antarbank Jakarta, Rabu.

Pada sesi pagi rupiah ditutup pada posisi 8.485 per dolar, menguat 15 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya 8.500 per dolar AS.

Vice President Direktur PT CIMB Niaga Chaterina Hadiman mengatakan, peluang rupiah untuk kembali menguat masih besar, karena arus modal asing yang masuk kepasar makin menguat.

"Kami optimis rupiah akan terus berada di bawah angka Rp8.500 per dolar apabila Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi pasar," ucapnya.

Menurut Chaterina Hadiman, pelaku akan terus membeli rupiah, sekalipun kongres akan menyetujui kenakan pagu utang AS.

Karena perbaikan ekonomi AS tidak akan secepat itu dan memerlukan waktu dalam membenahi pertumbuhan ekonominya, katanya.

Ekonomi nasional akan tetap tumbuh lebih baik dalam dua tahun hingga tiga tahun kedepan, apalagi negara tirai bambu, China, dan India ekonominya makin tumbuh.

Ketiga negara Asia itu merupakan motor penggerak ekonomi dunia yang kini beralih dari kawasan Amerika Serikat dan Eropa ke kawasan Asia, ucapnya.

Chaterina Hadiman mengatakan, pasar Indonesia masih tetap menarik pelaku asing, karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding negara lain di Asia.

"Kami optimis ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi yang didukung oleh belanja modal pemerintah," ucapnya.

Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, mengatakan, peluang rupiah untuk terus menguat masih besar, apalagi pasar global terus positif.

Rupiah masih ada peluang untuk menguat lebih jauh mendekati angka 8.450 per dolar, karena arus modal yang masuk terus meningkat,ucapnya.

(H-CS/S026)