Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, mengatakan penurunan posisi cadangan devisa pada Januari 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valuta asing (valas) perbankan di BI.
Penurunan penempatan valas perbankan di bank sentral antara lain sebagai antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan membaiknya aktivitas perekonomian.
Dengan demikian, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Ke depan, Otoritas Moneter memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.
Baca juga: Menkeu: RI lebih mampu bertahan hadapi "tapering" Fed dari negara lain
Baca juga: BI perkirakan transaksi berjalan 2021 bakal surplus 0,3 persen PDB
Baca juga: BI catat cadangan devisa Desember 2021 sebesar 144,9 miliar dolar AS
Baca juga: Menkeu: RI lebih mampu bertahan hadapi "tapering" Fed dari negara lain
Baca juga: BI perkirakan transaksi berjalan 2021 bakal surplus 0,3 persen PDB
Baca juga: BI catat cadangan devisa Desember 2021 sebesar 144,9 miliar dolar AS