Arus keluar asing dari ekuitas Asia capai tertinggi 7-bulan di Januari
7 Februari 2022 19:29 WIB
Seorang pria yang memakai masker, saat wabah penyakit virus corona (COVID-19), melintasi papan elektronik yang menunjukkan indeks Nikkei di pasar saham di kawasan bisnis di Tokyo, Jepang, Senin (4/1/2021). ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/am.
Bengaluru (ANTARA) - Ekuitas Asia menghadapi arus keluar besar pada Januari di tengah kekhawatiran atas lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dengan Federal Reserve mengindikasikan bahwa ia akan lebih agresif dalam memperketat kebijakan moneternya tahun ini.
Investor lintas batas menjual ekuitas Asia senilai 8,41 miliar dolar AS bersih di Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Vietnam, Indonesia dan India pada bulan lalu, menurut data Refinitiv. Itu menandai arus keluar terbesar sejak Juli 2021, data dari bursa saham regional menunjukkan.
Indeks MSCI Asia Pacific anjlok 4,36 persen pada Januari, menandai penurunan bulanan terbesar dalam enam bulan.
"Dengan ketidakpastian seputar seberapa perlu agresif Fed, kenaikan imbal hasil obligasi tampaknya mendorong beberapa langkah risk-off di pasar yang menyebabkan arus keluar di ekuitas Asia," kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG.
Baca juga: Saham Asia tak ikuti reli ekuitas global gara-gara Alibaba tergelincir
Ekuitas India memimpin arus keluar dengan penjualan bersih senilai 4,4 miliar dolar AS, terbesar sejak Maret 2020. Analis mengatakan arus keluar tersebut terutama disebabkan oleh valuasi yang lebih tinggi dan aksi ambil untung oleh investor setelah reli tahun lalu.
Meskipun terjadi aksi jual besar-besaran oleh investor asing, indeks NSE India turun hanya 0,1 persen bulan lalu, ditopang oleh pembelian yang kuat oleh investor domestiknya.
Ekuitas Korea Selatan dan Taiwan juga menghadapi arus keluar masing-masing senilai 3,28 miliar dolar AS dan 1,35 miliar dolar AS pada Januari, ketika saham teknologi terpukul lonjakan suku bunga AS bulan lalu.
Baca juga: Pasar Asia: Saham Singapura dan Seoul menguat, mata uang beragam
Di sisi lain, ekuitas Indonesia dan Thailand menerima arus masuk masing-masing senilai sekitar 400 juta dolar AS.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat pada kuartal terakhir tahun lalu, karena konsumsi naik menyusul pelonggaran pembatasan mobilitas anti-virus dan karena harga komoditas yang lebih kuat mendorong ekspor ke rekor tertinggi.
Secara keseluruhan, analis tidak terlalu pesimis tentang prospek aliran ke ekuitas pasar Asia, meskipun ada kerentanan mereka terhadap pengetatan Fed tahun ini.
"Fiskal dan giro berada dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, yang membantu perangkat pendukung kebijakan. Valuasi sederhana, posisi investor ringan, dan fundamental adalah penyangga bagi saham Asia dan emerging market menahan volatilitas jangka pendek," kata Zhikai Chen, kepala Asian Equities di BNP Paribas Asset Management.
"Kami terus memfokuskan pemilihan saham aktif kami pada saham teknologi terpilih, perputaran konsumsi, perusahaan keuangan yang kuat, serta daya tarik peluang digital India dan ASEAN".
Investor lintas batas menjual ekuitas Asia senilai 8,41 miliar dolar AS bersih di Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Vietnam, Indonesia dan India pada bulan lalu, menurut data Refinitiv. Itu menandai arus keluar terbesar sejak Juli 2021, data dari bursa saham regional menunjukkan.
Indeks MSCI Asia Pacific anjlok 4,36 persen pada Januari, menandai penurunan bulanan terbesar dalam enam bulan.
"Dengan ketidakpastian seputar seberapa perlu agresif Fed, kenaikan imbal hasil obligasi tampaknya mendorong beberapa langkah risk-off di pasar yang menyebabkan arus keluar di ekuitas Asia," kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG.
Baca juga: Saham Asia tak ikuti reli ekuitas global gara-gara Alibaba tergelincir
Ekuitas India memimpin arus keluar dengan penjualan bersih senilai 4,4 miliar dolar AS, terbesar sejak Maret 2020. Analis mengatakan arus keluar tersebut terutama disebabkan oleh valuasi yang lebih tinggi dan aksi ambil untung oleh investor setelah reli tahun lalu.
Meskipun terjadi aksi jual besar-besaran oleh investor asing, indeks NSE India turun hanya 0,1 persen bulan lalu, ditopang oleh pembelian yang kuat oleh investor domestiknya.
Ekuitas Korea Selatan dan Taiwan juga menghadapi arus keluar masing-masing senilai 3,28 miliar dolar AS dan 1,35 miliar dolar AS pada Januari, ketika saham teknologi terpukul lonjakan suku bunga AS bulan lalu.
Baca juga: Pasar Asia: Saham Singapura dan Seoul menguat, mata uang beragam
Di sisi lain, ekuitas Indonesia dan Thailand menerima arus masuk masing-masing senilai sekitar 400 juta dolar AS.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat pada kuartal terakhir tahun lalu, karena konsumsi naik menyusul pelonggaran pembatasan mobilitas anti-virus dan karena harga komoditas yang lebih kuat mendorong ekspor ke rekor tertinggi.
Secara keseluruhan, analis tidak terlalu pesimis tentang prospek aliran ke ekuitas pasar Asia, meskipun ada kerentanan mereka terhadap pengetatan Fed tahun ini.
"Fiskal dan giro berada dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, yang membantu perangkat pendukung kebijakan. Valuasi sederhana, posisi investor ringan, dan fundamental adalah penyangga bagi saham Asia dan emerging market menahan volatilitas jangka pendek," kata Zhikai Chen, kepala Asian Equities di BNP Paribas Asset Management.
"Kami terus memfokuskan pemilihan saham aktif kami pada saham teknologi terpilih, perputaran konsumsi, perusahaan keuangan yang kuat, serta daya tarik peluang digital India dan ASEAN".
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: