Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ditutup melemah, terimbas data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang jauh di atas ekspektasi.

Rupiah sore ini ditutup melemah 13 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.393 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.380 per dolar AS.

"Dolar AS kembali diminati pasca-laporan tenaga kerja AS yang dirilis lebih baik dari ekspektasi," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

Laporan Non-Farm Employment Change AS untuk periode Januari dirilis meningkat menjadi 467 ribu pekerjaan, dari ekspektasi 110 ribu pekerjaan. Data NFP Desember juga direvisi meningkat menjadi 510 ribu pekerjaan, dari sebelumnya 199 ribu pekerjaan.

Data tersebut menunjukkan laporan penerimaan tenaga kerja di AS meningkat selama periode Desember dengan sedikit penurunan pada Januari 2022.

Baca juga: Rupiah awal pekan melemah, terdampak data positif tenaga kerja AS

Hal itu dipandang sebagai pendukung pemulihan dan daya beli masyarakat di AS sehingga dapat mendukung program pengetatan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dan mendorong rencana kenaikan suku bunga acuan yang lebih cepat.

Pelaku pasar juga menantikan pidato pertanggungjawaban dari presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde malam nanti di hadapan European Parliament Economic and Monetary Affairs Committee.

Pada pekan lalu Lagarde sempat menyebutkan kesiapan ECB untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan pada musim semi tahun ini dan tetap memandang ancaman inflasi di Zona Euro sebagai ancaman sementara.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.392 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.385 per dolar AS hingga Rp14.425 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp14.404 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.376 per dolar AS.

Baca juga: Euro dekati tertinggi 3 minggu di Asia, pengetatan Fed dukung dolar