Jenderal TNI Pramono E Wibowo Hanya Ingin Jadi Tentara
26 Juli 2011 13:11 WIB
Kepala Staf TNI-AD, Letjen TNI Pramono E Wibowo (kiri) mendapat ucapan selamat dari putra sulung Presiden SBY, Kapten Inf Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) seusai acara pelantikan KSAD di Istana Negara, Jakarta, Kamis (30/6). (FOTO ANTARA/Widodo S Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Berasal dari keluarga tentara, jadi wajar saja jika Kepala Staf TNI-AD, Jenderal TNI Pramono E Wibowo, mengatakan cita-cita dia hanya ingin menjadi tentara. Cita-cita itu bahkan sudah dia tuliskan saat masih berada di Akademi Militer.
"Rekan-rekan boleh datanglah ke Akademi Militer. Saya tulis cita-cita saya. Cita-cita saya hanya menjadi tentara," kata Wibowo saat silaturahim dengan jajaran media massa di Jakarta, Selasa.
Wibowo dilantik sebagai Kepala Staf TNI-AD oleh Presiden Susilo Yudhoyono pada 30 Juni lalu, menggantikan seniornya, Jenderal TNI George Toisutta.
Walau sudah sering dibahas, namun dia ditanya juga tentang wacana menjadikan dia sebagai calon presiden pada 2014.
"Saya baru beberapa waktu diangkat menjadi Kepala Staf TNI-AD. Saya sangat durhakai, menciderai Angkatan Darat kalau saya sudah berpikir yang tidak-tidak. Saya hanya ingin mengabdi sebagai Kepala Staf TNI-AD," katanya.
Wibowo mengakui ada yang menyebut-nyebut dia akan maju pada 2014. Namun adik kandung Ibu Negara, Ani Yudhoyono ini, mengatakan, dia akan setia kepada TNI-AD.
"Mengapa? Saya dikenal sebagai jenderal bintang empat karena TNI-AD. Saya tidak boleh menciderai," katanya lagi.
Ia mengatakan tidak akan menggunakan TNI-AD untuk kepentingan politik. "Rasanya saya tidak menjadi tentara yang benar jika membawa TNI-AD untuk kepentingan politik," katanya.
Saat ditanya cita-citanya jika sudah pensiun, Wibowo mengatakan hal yang sangat sering dikatakan pensiunan petinggi militer Indonesia. Itu adalah menjadi petani. "Saya agak dekat dengan kebun," katanya.
Selain itu, lanjutnya, personel TNI-AD sangat lebih mudah menyesuaikan diri sebagai petani. Alasannya institusi TNI-AD sering melakukan Tentara Manunggal Masuk Desa. "Jadi pengusaha.... jauh sekali," katanya.
Dalam membangun sistem kesenjataan TNI-AD, katanya, ia sepakat untuk membeli produk yang sudah bisa dibuat di dalam negeri.
"Harus produksi dalam negeri. Titik. Karena saya juga punya kepentingan nasional," tegasnya. (ANT)
"Rekan-rekan boleh datanglah ke Akademi Militer. Saya tulis cita-cita saya. Cita-cita saya hanya menjadi tentara," kata Wibowo saat silaturahim dengan jajaran media massa di Jakarta, Selasa.
Wibowo dilantik sebagai Kepala Staf TNI-AD oleh Presiden Susilo Yudhoyono pada 30 Juni lalu, menggantikan seniornya, Jenderal TNI George Toisutta.
Walau sudah sering dibahas, namun dia ditanya juga tentang wacana menjadikan dia sebagai calon presiden pada 2014.
"Saya baru beberapa waktu diangkat menjadi Kepala Staf TNI-AD. Saya sangat durhakai, menciderai Angkatan Darat kalau saya sudah berpikir yang tidak-tidak. Saya hanya ingin mengabdi sebagai Kepala Staf TNI-AD," katanya.
Wibowo mengakui ada yang menyebut-nyebut dia akan maju pada 2014. Namun adik kandung Ibu Negara, Ani Yudhoyono ini, mengatakan, dia akan setia kepada TNI-AD.
"Mengapa? Saya dikenal sebagai jenderal bintang empat karena TNI-AD. Saya tidak boleh menciderai," katanya lagi.
Ia mengatakan tidak akan menggunakan TNI-AD untuk kepentingan politik. "Rasanya saya tidak menjadi tentara yang benar jika membawa TNI-AD untuk kepentingan politik," katanya.
Saat ditanya cita-citanya jika sudah pensiun, Wibowo mengatakan hal yang sangat sering dikatakan pensiunan petinggi militer Indonesia. Itu adalah menjadi petani. "Saya agak dekat dengan kebun," katanya.
Selain itu, lanjutnya, personel TNI-AD sangat lebih mudah menyesuaikan diri sebagai petani. Alasannya institusi TNI-AD sering melakukan Tentara Manunggal Masuk Desa. "Jadi pengusaha.... jauh sekali," katanya.
Dalam membangun sistem kesenjataan TNI-AD, katanya, ia sepakat untuk membeli produk yang sudah bisa dibuat di dalam negeri.
"Harus produksi dalam negeri. Titik. Karena saya juga punya kepentingan nasional," tegasnya. (ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: