New York (ANTARA) - Dolar AS menguat dari posisi terendah dua minggu pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data menunjukkan ekonomi terbesar dunia itu menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang diperkirakan, meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih besar pada pertemuan kebijakan Maret.

Indeks dolar, ukuran nilainya terhadap enam mata uang utama saingannya, terangkat 0,1 persen menjadi 95,446, setelah jatuh ke level terendah dua minggu di 95,136 sebelumnya di tengah kebangkitan euro.

Tetapi dolar masih merosot 1,8 persen pada minggu ini, dengan laju penurunan persentase mingguan terbesar sejak November 2020.

Laporan menunjukkan angka penggajian non-pertanian (NFP) AS bertambah 467.000 pekerjaan bulan lalu. Data untuk Desember direvisi lebih tinggi untuk menunjukkan 510.000 pekerjaan yang diciptakan, bukan 199.000 seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 150.000 pekerjaan ditambahkan pada Januari. Perkiraan berkisar dari penurunan 400.000 hingga peningkatan 385.000 pekerjaan.

Pelaku pasar bersiap untuk angka yang lebih lemah dari perkiraan mengingat penurunan laporan penggajian swasta ADP AS yang dirilis awal pekan ini. Laporan itu menunjukkan penurunan akibat dampak varian virus corona Omicron.

Penghasilan rata-rata per jam, ukuran inflasi upah dan metrik yang diawasi ketat, juga naik 0,7 persen bulan lalu, dan 5,7 persen pada basis tahun-ke-tahun.

"Ini adalah kenaikan upah bulanan 0,7 persen yang paling hawkish," tulis Daragh Maher, kepala strategi valas di HSBC. "Ini membantu melawan kekhawatiran penurunan pendapatan riil dolar dan tema stagflasi, dan kemungkinan akan memberi energi lebih hawkish kepada FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal).

Dolar juga mengikuti lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun dan lima tahun, yang keduanya mencerminkan ekspektasi suku bunga, masing-masing naik menjadi 1,2970 persen, tertinggi sejak akhir Februari 2020, dan 1,79 persen, level terbaik sejak Juli 2019.

Di sesi sore, suku bunga berjangka AS menyiratkan lebih dari lima kenaikan suku bunga tahun ini, atau sekitar 134,4 basis poin dalam pengetatan kebijakan. Probabilitas kenaikan 50 basis poin bulan depan naik menjadi hampir 40 persen, dari hanya 18 persen sebelum data dirilis.

Euro masih menguat hari ini, naik 0,1 persen pada 1,1455 dolar AS. Euro naik 1,7 persen pada minggu ini, di jalur untuk kinerja mingguan terbaik sejak akhir Maret 2020, diuntungkan dari perubahan hawkish oleh Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (3/2/2022).

Euro terhenti di sekitar level resistensi 1,1480 dolar AS karena kenaikan dolar menyusul laporan ketenagakerjaan AS.

Maher dari HSBC mengatakan pasangan euro/dolar kemungkinan akan melanjutkan momentum kenaikannya mengingat bahwa pasar tampaknya lebih terpaku pada sikap hawkish ECB, yang mengejutkan pasar daripada The Fed.

Sterling juga telah menjadi salah satu penggerak mata uang besar minggu ini, setelah bank sentral Inggris menaikkan suku bunga menjadi 0,5 persen pada Kamis (3/2/2022) - menandai kenaikan back-to-back pertama oleh bank sentral sejak 2004. Namun pound turun 0,5 persen menjadi 1,3536 dolar AS. Pada minggu ini, pound sterling naik 1,0 persen.