Rupiah akhir pekan berpotensi melemah, tertekan kekhawatiran inflasi
4 Februari 2022 09:50 WIB
Iluatrasi - Lembaran mata uang rupiah dan dollar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/kye/aa.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menjelang akhir pekan diperkirakan melemah, dipicu kekhawatiran inflasi.
Kurs rupiah sedikit melemah 6 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.383 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.377 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi tertekan hari ini terhadap dolar AS. Kekhawatiran pasar terhadap inflasi bisa menjadi pemicu pelemahan rupiah," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kenaikan harga minyak mentah sebagai sumber energi yang menyentuh kisaran 90 dolar AS per barel, pertama kali sejak tahun 2014, akan menjadi pendorong kenaikan inflasi global.
Baca juga: Ketua IMF: Terlalu dini katakan dunia hadapi inflasi berkelanjutan
Selain itu inflasi yang melonjak di AS juga akan mengkonfirmasi kebijakan pengetatan moneter Negeri Paman Sam, yang lebih agresif ke depan yang akan mendorong penguatan dolar AS.
Meski begitu saat berita ini ditulis, indeks dolar AS masih terlihat melemah 0,13 persen ke level 95,25.
Sementara itu dari dalam negeri, Ariston berpendapat kondisi penularan COVID-19 yang semakin tinggi akan meresahkan pelaku pasar.
"Hal ini tentunya bisa menekan nilai tukar rupiah," ungkapnya.
Baca juga: Rupiah Jumat dibuka turun tipis 6 poin
Jumlah kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 di Tanah Air pada Kamis (03/02) kemarin bertambah 27.197 kasus sehingga total kasus mencapai 4,41 juta kasus.
Dengan demikian Ariston memproyeksikan kurs rupiah hari ini akan melemah ke arah Rp14.400 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp14.350 per dolar AS.
Pada Kamis (27/1) rupiah ditutup melemah 36 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp14.389 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.353 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis sore melemah, tertekan eskalasi kasus positif COVID-19
Kurs rupiah sedikit melemah 6 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.383 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.377 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi tertekan hari ini terhadap dolar AS. Kekhawatiran pasar terhadap inflasi bisa menjadi pemicu pelemahan rupiah," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kenaikan harga minyak mentah sebagai sumber energi yang menyentuh kisaran 90 dolar AS per barel, pertama kali sejak tahun 2014, akan menjadi pendorong kenaikan inflasi global.
Baca juga: Ketua IMF: Terlalu dini katakan dunia hadapi inflasi berkelanjutan
Selain itu inflasi yang melonjak di AS juga akan mengkonfirmasi kebijakan pengetatan moneter Negeri Paman Sam, yang lebih agresif ke depan yang akan mendorong penguatan dolar AS.
Meski begitu saat berita ini ditulis, indeks dolar AS masih terlihat melemah 0,13 persen ke level 95,25.
Sementara itu dari dalam negeri, Ariston berpendapat kondisi penularan COVID-19 yang semakin tinggi akan meresahkan pelaku pasar.
"Hal ini tentunya bisa menekan nilai tukar rupiah," ungkapnya.
Baca juga: Rupiah Jumat dibuka turun tipis 6 poin
Jumlah kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 di Tanah Air pada Kamis (03/02) kemarin bertambah 27.197 kasus sehingga total kasus mencapai 4,41 juta kasus.
Dengan demikian Ariston memproyeksikan kurs rupiah hari ini akan melemah ke arah Rp14.400 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp14.350 per dolar AS.
Pada Kamis (27/1) rupiah ditutup melemah 36 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp14.389 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.353 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis sore melemah, tertekan eskalasi kasus positif COVID-19
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: