Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis sore bergerak dalam kisaran sempit karena minimnya sentimen positif.
Rupiah menjelang penutupan ditransaksikan pada kisaran 8.526 per dolar AS, naik tipis 4 poin dari posisi penutupan hari sebelumnya 8.530.
Analis Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada mengatakan, minim sentimen positif pada mata uang rupiah memicu pelaku pasar kurang tidak agresif membeli rupiah sehingga pergerakkanya terbatas.
"Peluang mata uang rupiah untuk menguat masih terbuka lebar seiring positifnya pertumbuhan dalam negeri," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, ekspektasi naiknya level peringkat investasi Indonesia yang diprediksi akan naik menambah berita positif pada mata uang lokal terhadap dolar AS.
"Seiring ekspektasi positif akan naiknya peringkat investasi dalam negeri yang dipicu pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat pelaku pasar masih melakukan beli pada rupiah," kata dia.
Ia menambahkan, penguatan rupiah juga dipicu oleh pasar saham yang masih terus menciptakan poin tertingginya memberi keyakinan bahwa pasar investasi di dalam negeri masih positif.
"Indeks saham dalam negeri masih bergerak positif kendati beberapa kalangan melihat saham sudah overbought," kata dia.
Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, pasar mata uang regional yang kurang aktif mendorong pergerakan mata uang lokal cenderung mengikuti.
"Pasar global bergerak `mixed` termasuk di Asia. Namun keyakinan investor di pasar Asia tampaknya masih positif, hal itu membawa sentimen positif pada rupiah," kata dia.
Menguatnya rupiah, kata dia, juga datang dari berita dalam negeri seperti pemerintah tengah menyiapkan alternatif sumber pembiayaan infrastruktur untuk merealisasikan rencana-rencana pembangunan dengan membentuk suatu institusi.
Sementara, kurs tengah Bank Indonesia mata uang rupiah terhadap dolar AS naik tipis ke posisi 8.539 dibanding sebelumnya 8.540.
(KR-ZMF/B012)
Minim Sentimen, Rupiah Bergerak Sempit
21 Juli 2011 17:43 WIB
Ilustrasi (ANTARA/Ismar Patrizki)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Tags: