Dihubungi dari Jakarta, Kamis, Chlara mengatakan limbah medis seperti masker memiliki potensi mengandung berbagai bakteri yang mudah menular seperti TBC dan sejenisnya.
"Ketika dibuang ke perairan atau ke lingkungan itu juga bisa ikut bakterinya dan selain itu masker bahannya dari plastik dan bisa terurai di alam. Maksudnya terurai bukan hilang begitu saja tapi jadi partikel yang lebih kecil dinamakan mikroplastik," jelasnya.
Dengan ukuran yang sangat kecil mikroplastik itu dapat larut di ekosistem perairan yang memiliki banyak biota dan terkadang dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Tidak hanya itu mikroplastik juga bisa menjadi vektor bakteri.
"Mikroplastik bisa menggandeng bakteri karena mikroplastik bisa mengikat polutan. Polutan itu baik untuk tumbuh kembang biak bakteri jadi bisa sekaligus mengikat atau membawa dari si bakteri itu sendiri," jelasnya.
Baca juga: ECOTON: Sungai di Tulungagung tercemar limbah mikroplastik
Tidak hanya masker, limbah medis lain yang bocor ke lingkungan juga perlu diwaspadai karena berpotensi masih membawa bakteri atau virus. Bakteri dan virus yang berada di limbah tersebut dapat berpindah dan menjadi toleran terhadap lingkungan.
Kebocoran limbah medis seperti tes antigen yang dibuang ke perairan dan lingkungan dapat membuat virus atau bakteri dari limbah berpindah ke tempat lain yang ada di lingkungan, seperti kayu dan kapal jika kebocoran terjadi di perairan.
Hal itu penting mengingat pengelolaan limbah medis terutama yang bersifat infeksius dalam masa pandemi seperti saat ini dilakukan menggunakan insinerator atau autoklaf.
"Yang perlu diwaspadai itu bakteri-bakteri yang akhirnya toleran atau virus-virus yang masih toleran terhadap perairan itu berpindah," tegasnya.
Baca juga: Peneliti: Ada potensi sampah masker jadi sumber mikroplastik baru
Baca juga: LIPI: Pembakaran plastik tak sempurna dapat bahayakan lingkungan