Cirebon (ANTARA News) - Ketua Komda Asosiasi Industri Permebelan & Kerajinan Indonesia (ASMINDO) Cirebon, Sumartja, mengungkapkan 30 persen pengusaha rotan di Kabupaten Cirebon telah bangkrut.

Mereka bangkrut karena sebagian besar pasarnya direbut China yang justru mendapat pasokan bahan baku melimpah dari Indonesia, katanya pada Dialog "Revitalisasi Industri Rotan Indonesia" di Plumbon, Kabupaten Cirebon, Selasa.

"Saya meralat pernyataan Bupati Cirebon bahwa industri rotan Cirebon turun 30 persen sejak dibukanya kran ekspor bahan baku rotan. Yang benar, 30 persen pengusaha dan pengrajin tinggal bangkrut dan omzet tiap pengusaha juga turun," katanya.

Pada dialog yang menghadirkan Menteri Perindustrian MS Hidayat, ia menegaskan, awal keterpurukan adalah dibukanya kran ekspor rotan melalui SK Mendag No.12/2005, sehingga bahan baku lebih banyak diekspor. Bahkan, pengrajin rotan semakin sulit mendapat bahan baku rotan yang berkualitas baik.

"SK itu kemudian direvisi melalui SK Mendag nomor 36/2009 yang akan berakhir Agustus 2011 ini. Saya minta itu SK disobek saja dan jangan diperpanjang. Kalau kita lepas bahan baku rotan, sama saja memberikan peluru kepada pesaing kita," tegasnya.

Ia mengingatkan, 85 persen produksi rotan dunia ada di Indonesia, sehingga sudah seharusnya dijadikan komoditas strategis dengan menggencarkan nilai tambah di dalam negeri sebelum akhirnya diekspor.

"Sudah enam tahun kita tertekan. Dulu orang datang ke Cirebon mencari rotan, di setiap pelosok ada tumpukan rotan yang siap diekspor. Saat ini sudah banyak pekerja industri rotan yang menganggur," katanya.

Dia mengungkap sudah 50.000 pekerja rotan menganggur dan sebagian beralih profesi.

Menjawab tuntutan pengrajin, Menperin MS Hidayat, mengatakan, pihaknya akan membuat gugus tugas atau "taske force" untuk merumuskan regulasi rotan bersamaan dengan akan berakhirnya SK Mendag no.36/2009.

"Karena akan berakhir, maka harus diperbaharaui. Kami akan lakukan rumusan antara Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, tetapi sebelumnya saya perlu berdialog dulu dengan stakeholder," katanya.

Ia berjanji regulasi yang akan dihasilkan diharapkan bisa menjadi modal untuk membangkitkan kembali industri rotan di Indonesia.

"Kita akan buat `Task Force`, kita akan habis-habisan, ada usulan tim perumus masuk `training centre` dulu, silahkan saja. Kita berharap regulasi nanti harus bisa membuat industri rotan Cirebon bangkit kembali," katanya.

Ia juga berjanji akan membuat kajian dari sejumlah peraturan yang sudah dikeluarkan terkait rotan, bagaimana dampaknya setiap aturan baru dibuat.

Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Hatta Sinatra, pada acara itu mengaku optimis industri rotan Indonesia akan kembali bangkit.

"Industri rotan di China maju begitu pesat juga atas jasa sejumlah tenaga dari Indonesia dan bahan baku dari Indonesia. Sudah saatnya kita merevitalisasi industri rotan yang ada di Indonesia," katanya.

Sebelumnya, dia mengungkapkan bahwa industri mebel rotan di China kekurangan tenaga kerja dan hal itu menyebabkan sebagian investor di sana bersiap pindah ke Indonesia.

Ia mengungkap, kekurangan tenaga kerja khusus rotan ini membuat pengusaha mebel rotan China tidak bisa memenuhi pesanan dari negara lain.

Setelah tahun baru China, menurut dia, pekerja rotan pulang kampung dan ternyata tidak kembali lagi, tetapi bekerja di sektor elektronik karena mereka menganggap bekerja di mebel rotan merupakan pekerjaan kotor.

"Investor di China menganggap investasi di Indonesia lebih murah, termasuk biaya tenaga kerja yang murah. Mereka bilang kejayaan industri mebel rotan China sudah tamat," tambahnya. (B013/A027/K004)