Empat negara desak Uni Eropa hapus label investasi hijau untuk gas
1 Februari 2022 16:21 WIB
Ilustrasi - Seekor anjing keluar dari mobil di depan menara pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir Temelin dekat kota Tyn nad Vltavou di Bohemia Selatan. ANTARA/REUTERS/David W Cerny/pri.
Brussels (ANTARA) - Austria, Denmark, Swedia dan Belanda mendesak Uni Eropa untuk tidak melabeli proyek energi gas sebagai investasi hijau.
Saat ini, Brussel berupaya menyelesaikan aturan mengenai apakah energi gas masuk dalam energi berkelanjutan.
Akhir tahun lalu, Komisi Eropa menyusun rencana untuk melabeli gas dan energi nuklir sebagai investasi hijau. Namun, rencana tersebut memecah Uni Eropa karena mereka tidak setuju tentang bagaimana bahan bakar harus berkontribusi ke energi bersih.
"Kurangnya bukti ilmiah untuk memasukkan gas fosil ke dalam klasifikasi energi berkelanjutan memaksa Komisi Eropa mempertimbangkan ulang proposal itu," menurut keterangan bersama Australia, Denmark, Swedia,dan Belanda.
Investasi gas tidak boleh diberi label hijau kecuali dapat mengeluarkan kurang dari 100 gram karbon dioksida per kilowatt jam, kata negara-negara tersebut. Hal Itu sejalan dengan rekomendasi yang dibuat minggu lalu oleh penasihat ahli Uni Eropa tentang aturan.
Baca juga: Menkeu Prancis: Pasar energi Eropa harus ditingkatkan
Negara-negara Eropa sedang menunggu proposal akhir Komisi, yang dikatakan akan segera diterbitkan, tanpa memberikan tanggal.
Setelah diterbitkan, mayoritas Parlemen Eropa atau negara anggota Uni Eropa – 20 negara dapat memblokir aturan tersebut.
Aturan gas dan nuklir telah tertunda lebih dari satu tahun, di tengah ketidaksepakatan yang mendalam.
Beberapa negara Eropa, di antaranya Polandia dan Republik Ceko, melihat gas dan nuklir sebagai hal penting untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil paling kotor yaitu batu bara.
Negara-negara Eropa yang tidak setuju mengaku khawatir terkait pembuangan limbah nuklir yang aman.
Gas menghasilkan kira-kira setengah dari emisi CO2 batu bara ketika dibakar di pembangkit listrik.
Infrastruktur gas juga dikaitkan dengan emisi metana dan gas rumah kaca.
Sumber : Reuters
Baca juga: Laju pemulihan ekonomi Eropa terpukul biaya energi yang tinggi
Saat ini, Brussel berupaya menyelesaikan aturan mengenai apakah energi gas masuk dalam energi berkelanjutan.
Akhir tahun lalu, Komisi Eropa menyusun rencana untuk melabeli gas dan energi nuklir sebagai investasi hijau. Namun, rencana tersebut memecah Uni Eropa karena mereka tidak setuju tentang bagaimana bahan bakar harus berkontribusi ke energi bersih.
"Kurangnya bukti ilmiah untuk memasukkan gas fosil ke dalam klasifikasi energi berkelanjutan memaksa Komisi Eropa mempertimbangkan ulang proposal itu," menurut keterangan bersama Australia, Denmark, Swedia,dan Belanda.
Investasi gas tidak boleh diberi label hijau kecuali dapat mengeluarkan kurang dari 100 gram karbon dioksida per kilowatt jam, kata negara-negara tersebut. Hal Itu sejalan dengan rekomendasi yang dibuat minggu lalu oleh penasihat ahli Uni Eropa tentang aturan.
Baca juga: Menkeu Prancis: Pasar energi Eropa harus ditingkatkan
Negara-negara Eropa sedang menunggu proposal akhir Komisi, yang dikatakan akan segera diterbitkan, tanpa memberikan tanggal.
Setelah diterbitkan, mayoritas Parlemen Eropa atau negara anggota Uni Eropa – 20 negara dapat memblokir aturan tersebut.
Aturan gas dan nuklir telah tertunda lebih dari satu tahun, di tengah ketidaksepakatan yang mendalam.
Beberapa negara Eropa, di antaranya Polandia dan Republik Ceko, melihat gas dan nuklir sebagai hal penting untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil paling kotor yaitu batu bara.
Negara-negara Eropa yang tidak setuju mengaku khawatir terkait pembuangan limbah nuklir yang aman.
Gas menghasilkan kira-kira setengah dari emisi CO2 batu bara ketika dibakar di pembangkit listrik.
Infrastruktur gas juga dikaitkan dengan emisi metana dan gas rumah kaca.
Sumber : Reuters
Baca juga: Laju pemulihan ekonomi Eropa terpukul biaya energi yang tinggi
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: