Kota Bengkulu (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu menyebutkan, munculnya harimau serta konflik antara masyarakat dan harimau di Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko sebab harimau tersebut merasa terganggu.
Sebab hutan yang merupakan habitat mulai dirambah oleh masyarakat sekitar serta jarak antara kawasan Hutan Produksi Terbatas Air Ipuh I dan perusahaan terdekat hanya berjarak 500 meter hingga 1 kilometer.

"Penyebabnya kemungkinan karena harimau merasa terganggu di habitatnya," kata Kepala Satgas Polisi Kehutanan BKSDA Bengkulu, Firmansyah di Bengkulu, Senin.

Selain itu, makanan harimau di hutan juga berkurang, sebab babi hutan di Kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Seblat Kabupaten Bengkulu Utara ditemukan mati akibat terinfeksi African Swine Fever (ASF).


Baca juga: BKSDA pasang perangkap harimau di Mukomuko
Baca juga: BKSDA halau harimau penyerang ternak warga Mukomuko-Bengkulu
Oleh karena itu, saat ini pihaknya melalui seksi wilayah I dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) resort Seblat telah melakukan sosialisasi dan pengusiran terhadap harimau tersebut.

"Pihaknya telah memasang kamera dan perangkap untuk menangkap harimau tersebut," ujarnya.

Sebelumnya, Harimau menyerang ternak sapi milik warga Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko.

Sapi tersebut diduga di serang harimau pada dini hari sekitar pukul 01.30 WIB dan berjarak sekitar 15 meter dari rumah pemilik sapi tersebut.

Baca juga: BKSDA Sumatera Barat tangani konflik manusia-harimau di dua lokasi
Baca juga: Menapak jejak harimau sumatera di perkebunan sawit Pasaman Barat

Baca juga: Cerita persahabatan warga Kampung Situak Pasaman Barat dengan harimau