Jakarta (ANTARA) - Bank OCBC NISP konsisten menjalankan fungsi intermediasinya di tengah perlambatan ekonomi, sehingga berhasil menyalurkan kredit Rp120,8 triliun pada 2021 atau tumbuh lima persen dibanding tahun 2020, yakni Rp114,9 triliun.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, menyebutkan dana pihak ketiga juga tercatat tumbuh enam persen dari Rp168 triliun di tahun 2021 dari tahun 2020 yang senilai Rp159 triliun.

"Kami terus menghadirkan inovasi dan inisiatif untuk membantu nasabah korporasi mempertahankan atau mengembangkan bisnisnya. Upaya ini mendorong pertumbuhan kinerja Bank OCBC NISP yang positif dan akan menjadi modal yang kuat untuk kami memberikan kontribusi lebih dalam pemulihan ekonomi secara berkelanjutan,” ujar Parwati.

Fungsi intermediasi ini dijalankan dengan prinsip kehati-hatian, terlihat dari rasio kredit macet (NPL) terjaga di bawah rata-rata NPL industri perbankan dan ketentuan regulator, dengan NPL neto pada posisi 0,9 persen dan NPL bruto pada posisi 2,4 persen.

Menurut dia, pertumbuhan penyaluran kredit Bank OCBC NISP terutama didorong oleh pertumbuhan kredit ritel, karena pihaknya sangat memahami tantangan yang dihadapi para pelaku usaha, sehingga mendorong bank untuk terus meningkatkan dukungan kepada pelaku UMKM, lebih dari sekedar pembiayaan.

Bank OCBC NISP juga melanjutkan pengembangan kapabilitas layanan digital untuk nasabah korporasi, yakni pada velocity@ocbcnisp.

Hal ini mendapat sambutan yang baik dari nasabah korporasi, tercermin dari peningkatan penggunaan sepanjang tahun 2021, di mana nilai transaksi melalui velocity@ocbcnisp tumbuh 64 persen, sementara jumlah frekuensi transaksi dan pengguna masing-masing tumbuh sebesar 20 persen dan 11 persen dibandingkan tahun 2020.

Untuk mendukung bangkitnya pelaku UMKM dan mendorong perekonomian masyarakat Indonesia ke arah yang lebih baik, Bank OCBC NISP konsisten menyalurkan kredit kepada pelaku UMKM, serta membangun kolaborasi dengan beberapa perusahaan fintech untuk mendukung UMKM.

Parwati menilai perkembangan ekonomi global dan domestik di tahun 2022 diproyeksikan semakin membaik meski di tengah ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir karena merebaknya varian baru COVID-19.

"Penanganan pandemi yang semakin efektif diharapkan memberikan dampak positif terhadap prospek pemulihan ekonomi, baik untuk masyarakat maupun pelaku usaha di Indonesia," tutup dia.

Baca juga: LPS proyeksikan kredit perbankan tumbuh hingga 8,9 persen pada 2022

Baca juga: OJK sebut DPK perbankan tumbuh 12,21 persen pada 2021