Jakarta (ANTARA News) - Banyak cara dapat dilakukan untuk membangun persahabatan dua negara atau antar bangsa, salah satunya melalui kegiatan remaja.

Inilah yang dilakukan enam pelajar SMP dari berbagai Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Jakarta yang mengisi liburan sekolah dengan mengikuti program Inter Change yang diselengarakan organisasi CISV (dahulu Children International Summer Village) di bawah supervisi UNESCO ke Perancis selama hampir satu bulan, 24 Juni - 14 Juli 2011.

Pelajar lain juga mengikuti program IC CISV ke sejumlah negara seperti Swedia, Jerman, dan Amerika Serikat.

Mereka yang menjadi “utusan persahabatan” ke Perancis berumur antara 13 – 15 tahun yaitu Ayasha Kirana (SMPN 115 Jakarta) Qomaruliati Setiawati (SMPN 3 Depok), Kevia Herdhika Anandya (SMPN 115 Jakarta), Gregorius Gerardo (SMP St Laurensia Serpong), Adhtya Galen Hadiwidjaya (SMP Tunas Muda Jakarta), dan Geovan S.Widjaya (SMP Tunas Muda Jakarta).

Mereka dibimbing seorang pemimpin bernama Andris Adhitra.

Persiapan di Jakarta dilakukan intensif beberapa bulan sebelum berangkat, termasuk memberikan pemahaman terhadap para orang tua tentang tujuan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan di Perancis.

Sebelum program resmi diadakan 24 Juni-14 Juli, enam pelajar tersebut berkesempatan untuk menikmati kota Paris selama tiga hari dan mengungunjungi tempat-tempat wisata favorit, seperti Menara Eiffel, katedral Notredame, museum, Disneyland, dan berlayar di sungai Seine pada malam hari.

Para pelajar itu tinggal terpisah di rumah keluarga sahabat mereka masing-masing di wilayah selatan Perancis yakni kota Strasbourg.

Kota dengan infrastruktur dan moda transportasi yang sangat baik, serta indah.

Interaksi intensif di setiap keluarga inilah yang kelak menjadi dasar pemahaman saling pengertian, kerjasama dan akhirnya menjalin persahabatan yang erat antara Indonesia dan Perancis.

“Ini kesempatan yang luar biasa dan sangat berharga buat modal pengalaman saya kelak. Saya tidak akan lupa dengan pengalaman sangat langka ini. Karena tinggal di rumah keluarga Perancis, saya jadi mengerti kebiasaan orang Perancis. Juga kehidupan remaja di sana, karena kita juga bergaul dengan remaja di sana," cerita Qomaruliati, saat kembali dari Perancis di Jakarta, Jumat.

Selain itu katanya, kita juga dapat menikmati kehidupan di kota Strasbourg yang indah, rapi, dan bersih.

"Saya juga berkesempatan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di kota Paris," ujarnya.

Pelajar yang sering disapa Ruli ini menceritakan, program IC France CISV mengantarkannya pada pemahaman yang cukup baik tentang masyarakat, budaya, dan peradaban Perancis.

“Untung saya belajar bahasa Perancis di CCF Jakarta sehingga lebih mudah mengerti, walaupun komunikasi sehari-hari dengan keluarga dan juga teman remaja di sana dengan bahasa Inggris,” katanya.

Persahabatan Global

Sesuai motto dari organisasi CISV “Building Global Friendship” peserta program diharapkan mampu menjadi bagian dari membangun persahabatan global.

Maka kegiatan selama tinggal di keluarga di Perancis dirancang dalam kerangka membangun persahabatan tersebut. Pelajar dari Jakarta juga harus menampilkan kesenian dan mempresentasikan Indonesia kepada mitra pelajar Perancis dan kelurga serta masyarakat di sana dalam acara yang disebut National Night.

Bahkan untuk konsumsi acara, anak-anak dari Jakarta yang memasak.

Namun kegiatan positif yang tak kalah menarik diadakan di sana, misalnya mengadakan kamping mini selama tiga hari di Pegunungan Oswahl, mengunjungi katedral, sekolah, juga kampus.

Tour ke Europe Park di Jerman menjadi selingan menyenangkan bagi anak-anak yang beranjak remaja itu. Maklum, jarak kota Strasbourg di Perancis dengan Jerman hanya satu jam perjalanan dengan bus.

Pada Desember 2011, giliran pelajar Indonesia menerima mitra mereka di sini dan akan tinggal juga hampir satu bulan.

Mereka akan tinggal di keluarga-keluarga di Jakarta dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, berbudaya, dan menarik, serta berkunjung ke beberapa kota di Indonesia dengan ditemani pelajar yang baru kembali dari Perancis serta orang tua mereka

Organisasi CISV didirikan oleh Dr. Doris Allen setelah Perang Dunia II, tahun 1946.

Saat ini CISV beroperasi di lebih dari 60 negara dan sejak tahun 1951, lebih dari 190.000 orang telah berpartisipasi dalam lebih dari 5000 kegiatan internasional.

Di Indoensia sendiri organisasi ini sudah beroperasi selama 20 tahun.

Dan yang menarik, konfrensi tahunan CISV internasional akan digelar di Bali, Agustus mendatang.

Kesempatan yang langka dan mungkin baru 50 tahun lagi diadakan di Indonesia, karena konfrensi dilakukan secara bergilir di setiap negara anggota CISV. (zul)