Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Koesmedi Priharto menyebutkan bahwa keterisian tempat tidur (BOR) secara nasional masih longgar meski kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta naik.

“Kalau yang dengan kapasitas saat ini, kapasitas Jakarta itu 3.900. Tapi kalau nasional, sepertinya masih longgar sekali ya, meskipun memang Jakarta yang tertinggi,” kata Koesmedi dalam Polemik MNC Trijaya bertajuk “Menahan Gelombang Omicron” yang diikuti secara daring di Jakarta, Sabtu.

Koesmedi menyebutkan meskipun banyak media menyatakan bahwa BOR untuk wilayah Jakarta sudah mencapai 45 persen atau berkapasitas sebesar 3.900 tempat tidur, kondisi secara nasional masih dapat dikatakan longgar.

Hal itu disebabkan karena bila kapasitas tempat tidur Jakarta diperbanyak menjadi 11.000 unit, maka angka BOR akan mengecil atau berada sebesar 16 persen.

Baca juga: PERSI: BOR naik akibat trauma masyarakat hadapi gelombang Delta

“Sehingga jika dihitung dari 1.750an itu, BOR nya sekitar 45 persen. Tapi kalau dibandingkan dengan kapasitas maksimal yang disediakan oleh DKI sekitar 11.000, maka BOR masih di 16 persen,” ujar dia.

Di sisi lain, dirinya mengaku akan terus melakukan pemantauan terhadap keterisian tempat tidur di setiap rumah sakit, sekaligus menyiapkan sebanyak 611 ICU sebagai antisipasi bila lonjakan kasus COVID-19 terjadi sewaktu-waktu.

Pada keterisian ICU, Koesmedi menyebutkan bahwa ruangan telah terisi sebanyak 85 persen. Namun, PERSI sedang mendata kembali apakah jumlah tersebut sepenuhnya merupakan pasien dengan Omicron atau terdapat pasien dengan penyakit lain di sana.

“Tapi kalau kapasitas diluaskan, maka itu sekitar 11.000 untuk tempat tidurnya dengan tempat tidur untuk isolasi itu sekitar 611 tempat tidur ICU,” katanya.

Menurutnya, rumah sakit kini menjadi jauh lebih siap dan dapat memahami kondisi dengan cepat karena telah banyak mendapatkan pukulan saat terjadinya gelombang kedua COVID-19 akibat varian Delta.

Baca juga: Satgas: 58 persen kasus Omicron terdeteksi tanpa gejala

Perawatan yang diberikan juga lebih memadai, sehingga tidak terjadi antrean panjang memperebutkan tempat tidur di rumah sakit.

Walaupun BOR masih dapat dikatakan longgar dan terkendali, dia menekankan kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak euforia dengan kondisi saat ini, terlebih dalam beberapa waktu tren kasus positif terlihat kembali naik.

“Masyarakat itu kemarin akibat melandainya data kasus, mereka sempat euforia. Kemudian mereka mengatakan bahwa kita kan sudah divaksin, kita pasti lebih kuat, kita tidak ingin diperiksa lagi. Tapi ketika diperiksa mereka mengatakan hasilnya positif,” tegas dia.

Baca juga: Wakil Ketua Komisi IX DPR RI desak Jakarta perbanyak isolasi terpusat