Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai
Golkar Zulfadhli meminta Ketua Umum (Ketum) PSSI Djohar Arifin Husein untuk
mengutamakan semangat rekonsiliasi guna membangkitkan keterpurukan
sepakbola Indonesia.
"Ketua Umum PSSI harus mengutamakan semangat
rekonsiliasi dalam menyusun anggota 'kabinetnya'. Hal itu bertujuan
untuk membangun persepakbolaan Indonesia yang lebih baik di masa
datang," kata Zulfadhli di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.
Ia
menilai, semangat rekonsiliasi tersebut tidak tercermin dalam menentukan
anggota Exco PSSI yang diisi oleh kelompok tertentu saja.
Kepengurusan
Exco PSSI pasca terpilihnya Djohar, saya lihat hanya mengakomodasi
kelompok tertent. Hal itu sangat bertentangan dengan pernyataan Djohar
Arifin Husein sesaat sudah terpilih yang akan merangkul semua pihak
untuk memajukan sepakbola nasional," katanya.
Lebih lanjut, Ketua
Pengurus Provinsi PSSI Kalimantan Barat itu menjelaskan kemenangan yang
diraih oleh Djohar Arifin Husein saat KLB PSSI di Solo bukanlah tujuan
akhir.
"Hasil kongres tersebut hanya titik awal melepaskan
status Indonesia dari ancaman sanksi dari FIFA. Setelah sanksi itu bisa
dihindari maka kerja berat untuk memajukan sepakbola Indonesia sudah di
depan mata. Sebab masyarakat Indonesia sama sekali tidak akan
mempersoalkan siapa pun yang akan duduk di kepengurusan PSSI, tapi
meminta bukti dari pengurus, misalnya juara Asean Games," ujar
Zulfadhli.
Oleh karena itu, kepengurusan PSSI harus ditempati oleh para profesional dan buang sikap mendikotomi kelompok-kelompok.
Ia
juga mengiingatkan, PSSI bukanlah lembaga politik yang secara
terus-menerus membangun dikotomi untuk kepentingan kelompok tertentu.
PSSI, tambahnya, adalah wadah sepakbola nasional guna mengharumkan nama
bangsa di tingkat internasional.
"Djohar Arifin Husein harus
secara tegas mengimplementasikan rekonsiliasi itu secara kongkrit dan
segera membenahi PSSI," tukasnya. (zul)
Ketum PSSI Harus Utamakan Rekonsiliasi
14 Juli 2011 17:23 WIB
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011
Tags: