Rembang (ANTARA News) - Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, akan mengembangkan pembangkit listrik biogas bagi warga di daerah terpencil di kabupaten itu karena potensi ternak sapi cukup melimpah.

"Pada 2011 ini terjadi peningkatan populasi ternak sapi dari 115.222 ekor pada 2010 menjadi 148.068 ekor atau tumbuh sebesar 28,5 persen. Potensi ini patut dikonversi menjadi sumber energi, salah satunya memanfatkannya untuk pengembangan pembangkit listrik biogas," kata Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang Purwadi Samsi di Rembang, Kamis.

Ia menyebutkan, umumnya pemilik ternak sapi tinggal di daerah-daerah yang cukup terpencil dengan pasokan listrik yang relatif kurang.

"Ada sejumlah desa maupun perdukuhan terpencil di kabupaten ini yang belum menikmati pasokan listrik secara optimal. Padahal, potensi biogas ini bisa dimanfaatkan menjadi energi berupa gas untuk memasang dan juga kepentingan pembangkit listrik (bahan bakar untuk menggerakkan generator listrik - red)," katanya menjelaskan.

Purwadi mencontohkan di Kecamatan Sumber. Ada dua perdukuhan kecil yakni Dukuh Pule Desa Grawan dan Dukuh Modo Desa Jadi Kecamatan Sumber yang selama ini mengandalkan listrik dari pembangkit listrik tenaga surya, bersama 11 desa terpencil lainnya di Kabupaten Rembang.

"Sementara populasi ternak sapi di Kecamatan Sumber adalah yang terbanyak di Kabupaten Rembang dengan jumlah 14.971 ekor berdasarkan hasil pendataan sapi potong perah dan kerbau (PSPPK) 2011 BPS setempat. Ini tentu potensi yang bagus untuk pengembangan listrik biogas," katanya menambahkan.

Apalagi, tandas ia, sistem dari PLTS cenderung sulit perawatannya dan sebagian besar pembangkit listrik yang disalurkan ke daerah terpencil ini sudah mengalami kerusakan.

"Karena itu, kami akan mengembangkan pembangkit listrik biogas untuk daerah terpencil di kabupaten ini," katanya.

Menurut ia, pembangkit listrik biogas sudah banyak diujicobakan di sejumlah daerah di Jawa Barat, seperti Cirebon.

"Agar rencana kami ini berjalan, kami akan mendorong pemerintah desa di daerah terpencil untuk segera mengajukan proposal bantuan reaktor biogas, sehingga pada 2012, proyek pembangkit listrik biogas bisa segera digarap," katanya.

Purwadi menambahkan, pihaknya kini tengah menjajaki kemungkinan pemanfaatan biogas dari kotoran manusia.

Pemanfaatan teknologi alternatif ini, lanjut ia, cocok dimanfaatkan untuk komunitas di lingkungan pondok pesantren.

"Kami sangat berharap pihak pondok pesantren mau mendukung gagasan kami, sehingga ke depan program hemat energi dengan pemanfaatan energi terbarukan bisa digalakkan," katanya.