Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (OR IPH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Iman Hidayat mengatakan keanekaragaman hayati di Indonesia diperkirakan baru terungkap 10 persen hingga saat ini.

“Beberapa peneliti memperkirakan jumlah keanekaragaman hayati yang sudah ditemukan saat ini baru sekitar 10 persen dari total potensi keanekaragaman hayati yang ada,” kata Iman dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.

Iman menuturkan Indonesia merupakan negara dengan kekayaan biodiversitas terbesar di dunia yang meliputi kekayaan hayati darat dan laut. Namun, jumlah yang berhasil diungkap dan terekam saat ini masih minim.

Baca juga: BRIN: 80 persen penemuan spesies baru berasal dari Sulawesi

Oleh karena itu, kegiatan eksplorasi dan penelitian untuk pengungkapan dan pemanfaatan biodiversitas menjadi salah satu program prioritas BRIN.

Iman mengatakan OR IPH BRIN sebagai koordinator program riset nasional saat ini memiliki dua kegiatan penting yaitu rumah program terkait pengungkapan dan pemanfaatan biodiversitas nusantara serta konservasi tumbuhan terancam punah.

Beberapa upaya konservasi keanekaragaman hayati yang dilakukan BRIN meliputi penyimpanan data urutan genom menyeluruh (whole genome sequence) dan sebagian (partial) DNA/protein keanekargaman hayati, pengungkapan ancaman dan dampak perubahan global terhadap status ekosistem dan biodiversitas nusantara.

Upaya lain adalah rehabilitasi dan peningkatan populasi spesies terancam punah, eksplorasi dan konservasi secara ex situ serta ekologi dan restorasi spesies.

Baca juga: LPDP danai 17 kontrak riset baru senilai Rp281,46 miliar pada 2021

Kepala Pusat Riset Biologi BRIN Anang S Achmadi mengatakan keberhasilan peneliti BRIN dalam mengungkap spesies baru Indonesia ibarat menemukan harta karun di bumi pertiwi.

Ia menuturkan proses penelitian tersebut panjang yang dimulai dari eksplorasi, studi koleksi museum hingga penggunaan teknologi untuk proses identifikasi.

Menurut Anang, perjalanan penelitian tidak serta merta berhenti setelah menemukan spesies baru karena akan muncul banyak penelitian lanjutan yang dapat dilakukan terhadap penemuan spesies baru tersebut seperti kandungan zat aktif yang terdapat pada spesies itu atau peranannya menjadi indikator lingkungan perubahan lingkungan.

Terkait upaya konservasi keanekaragaman hayati Indonesia, Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati (SKIKH) BRIN memiliki peran sebagai otoritas ilmiah (scientific authority) di Indonesia.

SKIKH berpartisipasi aktif sebagai delegasi Indonesia dalam Convention on Biological Diversity (CBD) dan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

Selain itu, upaya konservasi lain BRIN yang telah dilakukan sejak puluhan atau ratusan tahun selama ini juga diwujudkan dalam bentuk depositori dan repositori ilmiah yang tersimpan dalam Museum Zoologicum Bogoriense, Herbarium Bogoriense, dan Indonesian Culture Collection.

Baca juga: BRIN: Pandemi jadi pembelajaran periset kembangkan vaksin