KPPPA soroti iklan makanan kemasan ubah pola makan anak dalam keluarga
28 Januari 2022 18:19 WIB
Tangkapan layar Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KPPPA Agustina Erni dalam bincang media bertajuk “Mendorong Percepatan Penurunan Stunting Melalui Pemenuhan Hak Anak Atas Kesetaraan” yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (28/1/2022). (FOTO ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyoroti maraknya iklan makanan kemasan yang ditampilkan di televisi telah mengubah pola makan anak di dalam keluarga.
“Saya pernah mendengar cerita, sekarang memberikan anak makanan bukan hal yang mudah. Karena mungkin ada dampak dari iklan,” kata Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KPPPA Agustina Erni dalam bincang media bertajuk “Mendorong Percepatan Penurunan Stunting Melalui Pemenuhan Hak Anak Atas Kesetaraan” yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia menyoroti bahwa banyak iklan dengan gencar memromosikan produk makanan yang tidak sehat bagi anak-anak, dengan rata-rata makanan memiliki rasa banyak mengandung gula dan disukai oleh anak.
Akibatnya, anak cenderung lebih memilih makanan dalam kemasan dibandingkan memakan makanan yang sehat dan bergizi, karena lidah dan otak anak lebih terbiasa dan mengenal rasa pada makanan olahan itu.
Menurutnya kondisi itu makin diperburuk dengan ketidaktahuan orang tua dalam memberikan asupan gizi yang tepat pada anak-anak mereka. Banyak orang tua yang menyamakan menu makan anak dengan orang dewasa serta lebih memilih memberikan makanan yang praktis tanpa melihat kandungan nutrisi di dalamnya.
“Saya pernah bertemu dengan anak sekitar usia tiga tahun yang masih digendong ibunya di Semarang. Wajahnya kurus dan saya tanya makannya bagaimana, si ibu menjawab sudah diberi kangkung. Disamakan menunya, bila tidak dimakan, dianggap susah makan,” katanya.
Adanya ketidaktahuan yang dibarengi dengan gencarnya iklan produk kemasan, membuat Erni merasa khawatir bila hal itu tidak ditindak lanjuti, maka anak dapat menjadi kecanduan, rusaknya syaraf anak, kekurangan gizi bahkan menjadi stunting.
Ia pun berharap bila Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang diusung oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dapat membantu negara mengatasi permasalahan tersebut, melalui sosialisasi terkait mengolah makanan yang bergizi seimbang pada para ibu.
“Makanya, pola makan keluarga ini yang kemudian menjadi perhatian. Pemahaman ibu terhadap makanan bergizi pada anak ini menjadi sangat penting,” demikian Agustina Erni.
Baca juga: Iklan Makanan di TV Dorong Pola Makan Tidak Sehat
Baca juga: BKKBN khawatirkan anak terkena diabetes akibat pola makan tak sehat
Baca juga: Inggris larang iklan anak makan keju sambil menggantung terbalik
Baca juga: Jaga nafsu makan anak penting di tengah pandemi COVID-19
“Saya pernah mendengar cerita, sekarang memberikan anak makanan bukan hal yang mudah. Karena mungkin ada dampak dari iklan,” kata Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KPPPA Agustina Erni dalam bincang media bertajuk “Mendorong Percepatan Penurunan Stunting Melalui Pemenuhan Hak Anak Atas Kesetaraan” yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia menyoroti bahwa banyak iklan dengan gencar memromosikan produk makanan yang tidak sehat bagi anak-anak, dengan rata-rata makanan memiliki rasa banyak mengandung gula dan disukai oleh anak.
Akibatnya, anak cenderung lebih memilih makanan dalam kemasan dibandingkan memakan makanan yang sehat dan bergizi, karena lidah dan otak anak lebih terbiasa dan mengenal rasa pada makanan olahan itu.
Menurutnya kondisi itu makin diperburuk dengan ketidaktahuan orang tua dalam memberikan asupan gizi yang tepat pada anak-anak mereka. Banyak orang tua yang menyamakan menu makan anak dengan orang dewasa serta lebih memilih memberikan makanan yang praktis tanpa melihat kandungan nutrisi di dalamnya.
“Saya pernah bertemu dengan anak sekitar usia tiga tahun yang masih digendong ibunya di Semarang. Wajahnya kurus dan saya tanya makannya bagaimana, si ibu menjawab sudah diberi kangkung. Disamakan menunya, bila tidak dimakan, dianggap susah makan,” katanya.
Adanya ketidaktahuan yang dibarengi dengan gencarnya iklan produk kemasan, membuat Erni merasa khawatir bila hal itu tidak ditindak lanjuti, maka anak dapat menjadi kecanduan, rusaknya syaraf anak, kekurangan gizi bahkan menjadi stunting.
Ia pun berharap bila Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang diusung oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dapat membantu negara mengatasi permasalahan tersebut, melalui sosialisasi terkait mengolah makanan yang bergizi seimbang pada para ibu.
“Makanya, pola makan keluarga ini yang kemudian menjadi perhatian. Pemahaman ibu terhadap makanan bergizi pada anak ini menjadi sangat penting,” demikian Agustina Erni.
Baca juga: Iklan Makanan di TV Dorong Pola Makan Tidak Sehat
Baca juga: BKKBN khawatirkan anak terkena diabetes akibat pola makan tak sehat
Baca juga: Inggris larang iklan anak makan keju sambil menggantung terbalik
Baca juga: Jaga nafsu makan anak penting di tengah pandemi COVID-19
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022
Tags: