Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) Yudho Giri Sucahyo mengatakan jumlah nama domain .id teregistrasi per 31 Desember 2021 mencapai total 554.330 pada tahun 2021, melampaui target yang sebelumnya ditetapkan sebanyak 532.213.

Jika merujuk pada data Juli 2021 dengan capaian angka 534.876 pengguna, PANDI berhasil menjadi registri dengan nama domain terdaftar terbanyak di Asia Tenggara, mengalahkan Vietnam (.vn) sebanyak 531.672, Singapura (.sg) sebanyak 191.579, Malaysia (.my) sebanyak 319.224, dan Thailand (.th) sebanyak 74.302.

“Sekarang kita bisa mendeklarasikan bahwa .id sudah menjadi juara di tingkat ASEAN. Tentunya jangan lalu membuat kita berpuas diri karena Vietnam ini tidak jauh-jauh sama kita, jadi kita harus tetap menjaga ini,” kata Yudho saat konferensi pers di Aston Priority Simatupang, Jakarta, Kamis.

Baca juga: Revitalisasi bahasa daerah lewat digitalisasi aksara nusantara

Jika dirinci distribusi dari total nama domain yang teregistrasi dan aktif, domain .id paling banyak digunakan dengan mencapai 232.238 pengguna, disusul oleh .my.id sebanyak 127.023, .co.id sebanyak 95.925, .sch.id sebanyak 40.023, dan .web.id sebanyak 20.126.

Chief Registry Operator PANDI M. Shidiq Purnama, mengatakan pengguna internet oleh penduduk Indonesia memang banyak, namun kesadaran untuk membangun brand di internet melalui nama domain masih belum bertumbuh.

“Ini menjadi pekerjaan rumah kita di tahun 2022 supaya masyarakat, industri, dan sebagainya, sudah bisa mulai memikirkan untuk punya brand sendiri di internet,” ujarnya.

Yudho mengatakan pihaknya masih belum bisa melampaui .com, namun ia optimis pertumbuhan domain .id pada tahun ini dan tahun mendatang sebab menurutnya selisih dengan domain .com sudah semakin kecil. Pada Juli 2021, domain .com mencapai 775.021 pengguna.

“Kita berharap, kalau nanti entah itu tahun ini, tahun depan, atau dua tahun lagi, kalau kemudian .id sudah menyalip .com, maka sebetulnya di situlah indikasi bahwa masyarakat kita sudah menjadikan .id sebagai tuan rumah di negeri sendiri, sudah lebih memilih produk kita sendiri yaitu .id,” kata Yudho.

Ia mengatakan beberapa tahun terakhir banyak pengguna media sosial yang mulai menyisipkan nama belakang “id” meski tidak semua dari mereka memiliki domain .id. Hal tersebut, menurut Yidho, memberi sinyal bahwa masyarakat memiliki ketertarikan dengan nama “id”.

Yudho berharap mindset untuk membangun brand awareness dengan menggunakan domain .id dapat berkembang di masyarakat sehingga dapat mengalahkan domain .com yang saat ini telah menjadi merek khas tersendiri.

Baca juga: Harga domain .id naik mulai April

Baca juga: PANDI dan Pemprov DIY kembangkan Kampung Aksara Pacibita

Baca juga: Menko PMK terbitkan surat rekomendasi terkait SNI aksara Nusantara