Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan jangan pernah mematikan kritik yang muncul dari setiap kebijakan publik karena ada proses pembelajaran yang bisa dimaknai masyarakat.

“Jangan pernah mematikan kritik. Kalau kita matikan kritik maka mematikan proses pembelajaran,” kata Anies dalam "talkshow" soal tata kelola pemerintahan di Balai Kota Jakarta, Kamis.

Dalam bincang-bincang yang juga disiarkan melalui akun Youtube Pemprov DKI Jakarta itu, Gubernur DKI ini menambahkan dalam setiap kebijakan publik akan melahirkan perdebatan yang di dalamnya ada juga proses edukasi.

Meski begitu, dalam setiap kritik, kata dia, publik dapat menilai dan sekaligus belajar dari proses membuat kebijakan publik.

“Justru dari situ publik bisa mengetahui (kritik) mana yang berbobot, mana yang tidak perlu diambil pikiran, gagasannya,” ucapnya.

Baca juga: Giring PSI kritisi Anies atasi banjir Jakarta

Demikian pula dalam penyelesaian masalah di Jakarta, kata dia, ada banyak yang bisa dijadikan rujukan di Indonesia.

Namun, ia menyayangkan kecenderungan yang dijadikan rujukan selama ini adalah yang menggunakan ketenaran.

“Kita kecenderungannya menggunakan yang tenar bukan menggunakan yang baik, tidak selamanya yang tenar itu bisa jadi rujukan, yang justru kita ambil adalah yang praktik baik, yang belum tentu tenar,” ucapnya.

Namun, Anies tidak membeberkan maksud dari kecenderungan menggunakan ketenaran tersebut.

Selama ini, sejumlah kritik dilontarkan dalam kebijakan yang dikeluarkan Anies Baswedan di antaranya penanganan banjir, proyek sumur resapan hingga Formula E.

Baca juga: Ketua DPRD DKI sindir sumur resapan baru berguna untuk ternak lele

Beberapa waktu lalu, kritik dilontarkan Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha yang menyinggung soal Formula E.

Mantan vokalis grup musik Nidji itu mengkritik belum ada kemajuan signifikan di antaranya soal pembangunan lintasan sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara, padahal waktunya pelaksanaannya tinggal lima bulan lagi.