Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, selaku Ketua Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN mengatakan, Jepang tetap merupakan mitra strategis negara-negara di kawasan Asia Tenggara, di samping China dan India.

"Kami tetap memandang Jepang sebagai mitra strategis, di tengah tumbuhnya peranan China dan India di kawasan ini," kata Mendag Mari E Pangestu melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan, pada akhir pekan lalu (9/7), pihaknya memimpin dialog antara para menteri ekonomi/perdagangan dari seluruh negara anggotra ASEAN dengan delegasi Jepang yang dipimpin Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri, Jepang, Banri Kaidea. Pada pertemuan di Kuala Lumpur, Malaysia itu, Banri Kaidea membawa 70 pengusaha Jepang.

Hadir pada dialog tersebut Sekretaris Jenderal ASEAN, Surin Pitsuwan, anggota Federasi KADIN Jepang di ASEAN, serta wakil Keidanren (federasi bisnis Jepang), JETRO, Institute for Strategic and International Study - Malaysia, dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).

Menurut dia, pada dialog tersebut, ada semangat kedua pihak untuk tumbuh bersama menyongsong era Asia Timur sebagai pusat pertumbuhan baru perekonomian dunia. "Itu sejalan dengan aspirasi Indonesia dan ASEAN," ujar Mari.

Pada pertemuan tahunan pemerintah dari negara-negara ASEAN dengan Federasi KADIN Jepang di kawasan Asia Tenggara itu, kata dia, Jepang kembali menegaskan komitmennya untuk memberikan bantuan peningkatan kapasitas kepada ASEAN seperti yang telah dilakukan sejak lebih dari tiga dasawarsa yang lalu.

"Dialog itu merupakan yang pertama kali dilakukan dengan para pejabat setingkat menteri karena Federasi KADIN Jepang ingin menegaskan komitmennya pada ASEAN, di saat perekonomian Jepang mencoba bangkit kembali dari bencana tsunami dan kebocoran reaktor nuklirnya di Fukushima," ujar Mari.

Pada keterangan pers itu juga disebutkan sehari sebelum dialog (8/7) ada simposium yang menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk lebih meningkatkan kemampuan UKM ASEAN agar bisa memanfaatkan secara maksimal proses integrasi ekonomi ASEAN, terutama antara ASEAN dan Jepang. Diharapkan, kata dia, UKM ASEAN mampu berpartisipasi aktif dalam jejaring pemasok regional dan global, terutama di bidang otomotif, elektronik, dan agrobisnis.

"Tiga sektor tersebut merupakan sektor-sektor prioritas integrasi di ASEAN, dan pengusaha Jepang telah berkiprah pada ketiga sektor itu sejak tahun 1970-an," kata Mari.

Selain mendengarkan sejumlah rekomendasi dari Federasi KADIN Jepang di ASEAN yang akan ditindaklanjuti oleh para pejabat senior ekonomi dari kementerian di negara-negara anggota ASEAN, kata dia, juga ditegaskan perlunya disusun strategi jangka panjang bisnis Jepang di ASEAN.

"Pendekatan visi tersebut penting agar ASEAN dapat mengambil langkah-langkah yang searah dengan perencanaan bisnis Jepang di kawasan ini," katanya. Selain itu, kata Mari, hal itu juga penting untuk mengantisipasi proses konsolidasi berbagai FTA yang dimiliki ASEAN dengan negara lain.

Mendag juga menegaskan tentang perlunya peningkatan, kolaborasi, di samping kerja sama, kedua pihak (ASEAN-Jepang) baik di tingkat pemerintahan maupun di antara kalangan dunia usaha. "Singkatan `CoCo` (cooperation and collaboration) segera menjadi istilah kunci yang dirujuk oleh kalangan bisnis maupun Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang dalam dialog tersebut," katanya.

Secara umum, Federasi KADIN Jepang mengusulkan tiga bidang untuk mendapatkan perhatian khusus. Pertama, percepatan pembangunan infrastruktur, kedua tentang fasilitas seperti penghapusan hambatan non-tarif, penyederhanaan ketentuan surat keterangan asal (SKA) dan prosedur kepabeanan, serta penyetaraan standar baik untuk barang maupun jasa. Ketiga, isu perdagangan yang terkait dengan masalah lingkungan. Para pengusaha Jepang menyatakan kesediaannya untuk berbagi keahlian pada isu lingkungan.

Para wakil pelaku bisnis Jepang di ASEAN, menurut Mendag, juga menyoroti perlunya peningkatan kualitas SDM serta kemampuan penelitian dan pengembangan di ASEAN. Menurut dia, diperlukan SDM ASEAN yang mampu mengimbangi kemampuan teknologi dan manajerial pebisnis Jepang.

Pada tahun 2012 yang akan datang, pertemuan tahunan Federasi KADIN Jepang di ASEAN ini akan kembali diadakan di Bangkok, yang menjadi tempat pertama kali forum itu digelar empat tahun yang lalu.(*)
(Tz.R016)