Pakar sebut epidemiologi molekular semakin diperlukan masyarakat
27 Januari 2022 17:28 WIB
Tangkapan layar Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia( FKM UI) Prof Dr Mondastri Korib Sudaryo MS DSc dalam webinar di Jakarta, Kamis (27/1/2022). (ANTARA/Indriani)
Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia( FKM UI) Prof Dr Mondastri Korib Sudaryo, MS, DSc, mengatakan ke depan bidang epidemiologi molekular (EM) akan semakin berkembang dan diperlukan di masyarakat.
"Tujuan dari EM ini banyak, di antaranya bisa memantau dan memprediksi status kesehatan masyarakat dalam perencanaan layanan dan fasilitas kesehatan. Kemudian mengkaji riwayat alamiah dan prognosis penyakit dalam mengupayakan pencegahan dan pengendalian penyakit," ujar Mondastri, dalam kuliah umum yang diselenggarakan Universitas YARSI di Jakarta, Kamis.
Melalui EM, katanya, juga dapat digunakan untuk menyelidiki, mengidentifikasi dan menjelaskan etiologi faktor suatu penyakit.
Selain itu, menurut dia, juga dapat mengevaluasi program intervensi penyakit dan menyuguhkan dasar-dasar mengembangkan kebijakan serta program pengendalian kesehatan masyarakat.
"Tentunya semua itu dilakukan secara rasional berbasis bukti ilmiah empiris,” ujar alumni Doktor Epidemiology NIHES Erasmus University, Netherlands, itu.
Menurut Mondastri, EM merupakan bidang epidemiologi mempelajari peran faktor risiko genetik dan lingkungan. Hal itu dapat dilihat pada tingkat molekuler dan biokimia serta dapat memberikan penjelasan etiologi, distribusi dan pengendalian penyakit pada suatu individu, keluarga dan populasi.
Sementara Kepala Pusat Studi Herbal dan Manajer Teknis Laboratorium Terpadu Universitas Yarsi Dr Juniarti mengatakan EM merupakan perkembangan ilmu epidemilologi menggunakan teknik biologi molekular.
EM, katanya, berguna mencari dan mengidentifikasi faktor biologis, seperti genetik kuman yang menimbulkan penyakit pada masyarakat, seperti munculnya tuberkulosis yang resisten terhadap obat, muncul karena adanya mutasi pada kuman TB.
Demikian juga memahami faktor genetik molekuler manusia yang membuat rentan atau resisten terhadap kuman.
"Tujuan dari EM ini banyak, di antaranya bisa memantau dan memprediksi status kesehatan masyarakat dalam perencanaan layanan dan fasilitas kesehatan. Kemudian mengkaji riwayat alamiah dan prognosis penyakit dalam mengupayakan pencegahan dan pengendalian penyakit," ujar Mondastri, dalam kuliah umum yang diselenggarakan Universitas YARSI di Jakarta, Kamis.
Melalui EM, katanya, juga dapat digunakan untuk menyelidiki, mengidentifikasi dan menjelaskan etiologi faktor suatu penyakit.
Selain itu, menurut dia, juga dapat mengevaluasi program intervensi penyakit dan menyuguhkan dasar-dasar mengembangkan kebijakan serta program pengendalian kesehatan masyarakat.
"Tentunya semua itu dilakukan secara rasional berbasis bukti ilmiah empiris,” ujar alumni Doktor Epidemiology NIHES Erasmus University, Netherlands, itu.
Menurut Mondastri, EM merupakan bidang epidemiologi mempelajari peran faktor risiko genetik dan lingkungan. Hal itu dapat dilihat pada tingkat molekuler dan biokimia serta dapat memberikan penjelasan etiologi, distribusi dan pengendalian penyakit pada suatu individu, keluarga dan populasi.
Sementara Kepala Pusat Studi Herbal dan Manajer Teknis Laboratorium Terpadu Universitas Yarsi Dr Juniarti mengatakan EM merupakan perkembangan ilmu epidemilologi menggunakan teknik biologi molekular.
EM, katanya, berguna mencari dan mengidentifikasi faktor biologis, seperti genetik kuman yang menimbulkan penyakit pada masyarakat, seperti munculnya tuberkulosis yang resisten terhadap obat, muncul karena adanya mutasi pada kuman TB.
Demikian juga memahami faktor genetik molekuler manusia yang membuat rentan atau resisten terhadap kuman.
Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: