Jakarta (ANTARA News) - Meninggalnya Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), S. Budi Rochadi, pada Senin pagi menyisakan duka mendalam bagi karyawan BI, tidak terkecuali bagi staf di Biro hubungan Masyarakat (Humas) BI, Edhie Haryanto, yang kagum akan keberaniannya saat mengemukakan pendapat dengan wartawan.

"Beliau meninggalkan contoh untuk bersikap berani terhadap yang menurutnya tidak benar, seperti saat wawancara mengenai UU Mata Uang, beliau dengan keras menyampaikan ketidaksetujuannya dan meminta ditulis bahwa beliau akan menggugat ke Mahkamah Konstitusi," kata Edhie di Jakarta, Senin.

Hal lain yang menunjukkan keberaniannya seperti penanganan kasus penggelapan dana nasabah di Citibank.

Saat beberapa pejabat BI belum berani bersuara mengenai kasus ini, Pak BR --sapaan akrab Budi Rochadi-- menyampaikan ke wartawan bahwa manajemen Citibank harus di uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper) ulang, yang berarti harus ada pergantian pimpinan di Citibank Indonesia.

"Keberanian dan ketegasan. Itu warisan berharga beliau bagi kami di Bank Indonesia," katanya.

Meski bersikap tegas, Pak BR dikenal sangat dekat dengan anak buahnya, seperti yang dirasakan oleh Peneliti Eksekutif DPNP, Anto Prabowo, yang beberapa kali mendampingi Budi Rochadi.

"Beliau orangnya keras, teguh terhadap pendirian dan prinsip yang diyakininya namun demikian beliau begitu humanis selalu dekat dengan bawahannya. Kami sangat shock dan sangat kehilangan sosok beliau yang murah senyum," kata Anto.

Budi Rochadi yang menjabat Deputi Gubernur BI sejak Januari 2007 meninggal dunia di New York, Amerika Serikat (AS), sekira pukul 18.30 waktu setempat atau pukul 06.30 WIB pada Senin saat menghadiri International Banknote Conference dan diskusi dengan Fed Reserve Newyork dan Bank Of New York mengenai Cash Handling.

Kepala Biro Humas BI, Difi A. Johansyah, mengatakan bahwa BI merasakan kehilangan putra terbaiknya yang sangat matang dan berdedikasi dalam pelaksanaan tugasnya, dan sosok yang sangat peduli mengenai peran BI dalam mendorong sektor riil dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

"Beliau banyak mendorong inisiatif BI agar peran BI di sektor riil dan UMKM terus ditingkatkan, dan beliau selalu berpesan agar kepentingan nasional selalu menjadi pertimbangan utama dalam setiap pelaksanaan tugas BI," kata Difi.

Budi Rochadi lahir di Solo 24 Maret 1951, mulai bekerja di BI pada tahun 1975. Lalu pernah menjabat Pemimpin BI Semarang, Pemimpin BI Medan, dan Kepala Kantor Perwakilan BI Tokyo. Sebelum menjabat Deputi Gubernur, beliau menjadi Direktur Senior Pengawasan Bank.

Jabatannya sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI No.69/P Tahun 2006 dan diambil sumpahnya (dilantik) pada 11 Januari 2007.

Ia menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, tahun 1975. Beliau memperoleh gelar MA dalam bidang Ekonomi di Michigan State University, AS.

Budi Rochadi meninggalkan istri, Sriwati, dan dua anak, yaitu Diah Alit P. dan Anggoro Dwi Nugroho.
(T.D012/S019)