Surabaya (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia Jawa Timur menyarankan agar tidak ada lagi stunting di Kota Surabaya, maka perlu melakukan pendataan secara akurat mulai dari data kelahiran hingga anak berusia kurang dari enam bulan.

"Karena masalah stunting itu timbul berawal dari anak berusia enam bulan. Setelah itu, diikuti perkembangannya seperti apa oleh setiap kader kesehatan dan PKK," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim Sjamsul Arief di Surabaya, Kamis.

Meski demikian, Sjamsul mengapresiasi, upaya Pemkot Surabaya yang telah bekerja keras mengurangi angka stunting melalui berbagai cara pendekatan dan penyuluhan ke masyarakat bersama kader kesehatan.

Bahkan, lanjut dia, Pemkot Surabaya juga telah menggelar Gebyar Lomba Bersama Wujudkan Surabaya Emas (Eliminasi Masalah Stunting) dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional di halaman Taman Surya, Surabaya pada Rabu (26/1).

Ia berharap, kegiatan tersebut bukan hanya sekadar seremonial, akan tetapi bisa digelar secara berkelanjutan.

Baca juga: IDAI: Sindrom stunting dapat terjadi secara berulang

Baca juga: IDAI sebut obesitas selama PJJ jadi masalah anak yang terlupakan


"Sistemnya dan mekanismenya harus bagus, mulai dari wali kotanya, camat, lurah, kader dan PKK-nya itu harus bagus. Sehingga, stunting bisa segera diatasi dengan baik," katanya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya menyarankan, agar jajaran Dinkes Surabaya, camat, lurah, PKK dan kader kesehatan melakukan pengecekan secara rutin dan pendampingan ke rumah-rumah warga untuk mencegah stunting.

"Saya tugaskan kepada Kadinkes untuk mendata setiap anak yang lahir di Surabaya. Kapan pun itu harus tahu jumlahnya, begitu juga kepada para Kepala Puskesmas dan Kader Kesehatan untuk memantau warganya, tetangga atau saudaranya, kalau ada kekurangan tolong disampaikan segera. Insya Allah tidak ada lagi yang namanya stunting," kata Eri.

Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebutkan angka balita stunting atau kerdil di Kota Surabaya mengalami penurunan drastis selama tiga bulan ini dari sebelumnya 5.727 kasus menjadi 1.657 kasus.

Data pada Oktober 2021 angka stunting di Surabaya 5.727 anak balita. Nanum tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785. Dari jumlah 1.785 balita stunting di 31 Desember 2021 tersebut, berhasil diturunkan lagi menjadi 1.657 balita stunting.

Baca juga: IDAI minta sekolah perhatikan ventilasi udara cegah COVID-19 pada anak

Baca juga: IDAI: Anak-anak penting divaksin COVID-19 antisipasi Omicron