Kinshasa (ANTARA News) - Satu pesawat jatuh di hutan lebat saat pesawat itu berusaha mendarat selama hujan badai di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC), Jumat (8/7), sehingga menewaskan 53 dari 110 orang di dalamnya, kata perusahaan yang mengoperasikan pesawat itu di DRC.

Kecelakaan di bandar udara internasional Kisangani, pusat komersial dan kota kecil pelabuhan sungai itu adalah yang paling akhir dari serangkaian bencana di negara Afrika tengah tersebut, yang memiliki catatan keamanan udara paling buruk di dunia.

"Pilot pesawat berusaha mendaratkan pesawatnya, tapi tampaknya pesawat itu tak menyentuh landasan pacu," kata kepala pelaksana perusahaan penerbangan Hewa Bora, Stavros Papaioannou kepada Reuters melalui telepon.

"Di antara 110 orang di pesawat, 53 tewas dan 57 selamat," kata Papaioannou. Ia mengubah jumlah orang di dalam pesawat, yang sebelumnya dikatakan sebanyak 112 --penumpang dan awak.

Hewa Bora termasuk di dalam daftar Uni Eropa mengenai perusahaan penerbangan yang dilarang terbang di negara anggota perhimpunan itu karena keprihatinan mengenai keamanan, seperti juga semua perusahaan penerbangan di Kongo.

Itu adalah kecelakaan mematikan kedua yang melibatkan pesawat dalam tiga tahun, setelah pesawat DC-9 milik perusahaan penerbangan tersebut jatuh di pinggiran kota di Kongo timur, Goma, sehingga menewaskan 44 orang pada 2008.

Sebelumnya juru bicara pemerintah Lambert Mende mengatakan petugas pertolongan telah mengeluarkan 40 penyintas dari Boeing 727 tersebut.

Seorang wartawan setempat dari stasiun televisi Kongo di lokasi kecelakaan, Jean-Paul Bongisa mengatakan upaya pertolongan terhambat oleh sulitnya akses ke reruntuhan pesawat, sekitar 200 meter dari landasan pacu di hutan lebat di kahtulistiwa.

DRC memiliki daerah seluas Eropa Barat tapi jalur darat dan kereta terbatas, yang berarti perjalanan sungai dan udara biasanya menjadi satu-satunya pilihan bagi orang yang ingin melakukan perjalanan jauh, demikian Reuters melaporkan.

(SYS/A011)