Kepala BKKBN soroti ibu tak paham pola asuh pemberian ASI yang benar
25 Januari 2022 17:38 WIB
Tangkapan layar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam Program Halo Indonesia milik DAAI TV yang diikuti di Jakarta, Selasa (25/1/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyoroti masih banyak ibu menyusui yang tak memahami cara menjalankan pola asuh yang benar dalam pemberian ASI eksklusif.
“ASI itu sangat penting, tapi saya ingin mengkritik perempuan, saat ini memberi ASI itu tidak eksklusif,” kata Hasto dalam Program Halo Indonesia milik DAAI TV yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BKKBN resmikan pil progestin bagi ibu menyusui dukung ASI eksklusif
Hasto menyoroti pada masa sekarang masih banyak ibu yang tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif pada anak, karena tak memahami teknis dan cara menyusui yang salah, yakni pada waktu pemberian ASI untuk anak.
Dokter menyarankan pada ibu agar memberikan ASI tiga jam sekali pada bayi supaya asupan gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang dapat terpenuhi. Namun, para ibu sering keliru dengan memberikan air susu selama tiga jam dengan menggunakan masing-masing sisi payudara (tiga jam pada bagian kanan dan tiga jam penuh pada bagian kiri payudara).
Padahal, pemberian ASI dalam kurun waktu selama tiga jam itu, ASI harus diberikan secara bergantian. Hal tersebut kemudian berdampak pada air susu yang sulit untuk keluar, sehingga dapat menimbulkan pembengkakan pada salah satu payudara ibu.
“Jangan hanya payudara sebelah saja, kanan dan kiri harus kena semua dalam waktu tiga jam itu. Ini kan sering salah, ada yang tiga jam, payudara kanan nanti tiga jam, berikutnya payudara kiri. Itu salah akhirnya tidak keluar,” kata dia.
Kemudian pada masa pemberian ASI eksklusif, masih terdapat ibu yang menyusui sembari memberikan makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia enam bulan dan tak memperhatikan panjang badan serta berat badan bayi.
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya ASI eksklusif cegah kematian bayi
Baca juga: ASI dapat bantu putuskan rantai kemiskinan dalam masyarakat
Hasto berharap mulai saat ini para ibu dapat memperhatikan dengan lebih detail, apakah anak memiliki panjang badan minimal 48 senti meter dan berat badan mencapai 2,5 kilogram, termasuk gencar dalam memberikan ASI eksklusif dengan cara yang benar agar tak ada lagi kekerdilan (stunting) pada anak.
“Sangat penting diperhatikan bahwa menyusui itu penting sekali. Pada ibu, semua cobalah lihat, sekarang ada bayi-bayi yang lahir kurang dari 48 sentimeter dan beratnya kurang dari 2,5 kilo gram. Jadi, saya minta tolong, ASI enam bulan penuh jangan ditambah yang lain-lain,” tegas Hasto.
“ASI itu sangat penting, tapi saya ingin mengkritik perempuan, saat ini memberi ASI itu tidak eksklusif,” kata Hasto dalam Program Halo Indonesia milik DAAI TV yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BKKBN resmikan pil progestin bagi ibu menyusui dukung ASI eksklusif
Hasto menyoroti pada masa sekarang masih banyak ibu yang tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif pada anak, karena tak memahami teknis dan cara menyusui yang salah, yakni pada waktu pemberian ASI untuk anak.
Dokter menyarankan pada ibu agar memberikan ASI tiga jam sekali pada bayi supaya asupan gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang dapat terpenuhi. Namun, para ibu sering keliru dengan memberikan air susu selama tiga jam dengan menggunakan masing-masing sisi payudara (tiga jam pada bagian kanan dan tiga jam penuh pada bagian kiri payudara).
Padahal, pemberian ASI dalam kurun waktu selama tiga jam itu, ASI harus diberikan secara bergantian. Hal tersebut kemudian berdampak pada air susu yang sulit untuk keluar, sehingga dapat menimbulkan pembengkakan pada salah satu payudara ibu.
“Jangan hanya payudara sebelah saja, kanan dan kiri harus kena semua dalam waktu tiga jam itu. Ini kan sering salah, ada yang tiga jam, payudara kanan nanti tiga jam, berikutnya payudara kiri. Itu salah akhirnya tidak keluar,” kata dia.
Kemudian pada masa pemberian ASI eksklusif, masih terdapat ibu yang menyusui sembari memberikan makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia enam bulan dan tak memperhatikan panjang badan serta berat badan bayi.
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya ASI eksklusif cegah kematian bayi
Baca juga: ASI dapat bantu putuskan rantai kemiskinan dalam masyarakat
Hasto berharap mulai saat ini para ibu dapat memperhatikan dengan lebih detail, apakah anak memiliki panjang badan minimal 48 senti meter dan berat badan mencapai 2,5 kilogram, termasuk gencar dalam memberikan ASI eksklusif dengan cara yang benar agar tak ada lagi kekerdilan (stunting) pada anak.
“Sangat penting diperhatikan bahwa menyusui itu penting sekali. Pada ibu, semua cobalah lihat, sekarang ada bayi-bayi yang lahir kurang dari 48 sentimeter dan beratnya kurang dari 2,5 kilo gram. Jadi, saya minta tolong, ASI enam bulan penuh jangan ditambah yang lain-lain,” tegas Hasto.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: