Rekind-BRIN sinergi kembangkan lisensi teknologi Merah Putih
25 Januari 2022 15:07 WIB
Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih (kiri) dan Plt. Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi Badan Riset RIN Dr. Yan Rianto, M.Eng (kanan) menandatangani nota kesepahaman kerja sama mengembangkan lisensi teknologi komersial ‘Merah Putih', di Jakarta, Senin (24/1/2022). ANTARA/HO/Rekind.
Jakarta (ANTARA) - PT Rekayasa Industri (Rekind) Persero bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sepakat bekerja sama untuk mengembangkan lisensi teknologi komersial Merah Putih.
Kerja sama ini sangat strategis, mendukung terwujudnya industri nasional yang efektif, efisien, dan mandiri yang memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri untuk mendukung transisi energi, pengurangan karbon, ekonomi sirkular dan percepatan penyediaan infrastruktur Industri 4.0.
“Komitmen Rekind dalam pengembangan teknologi Merah Putih ini, merupakan bagian dari transformasi bisnis perusahaan dalam menghadapi perubahan industri global, serta membawa misi meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan daya saing industri nasional,” kata Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih dałam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Melalui kerja sama ini, Rekind dan BRIN akan mengembangkan penelitian dan riset yang berpijak pada pengembangan teknologi proses dalam bidang dekarbonisasi, Energi Baru dan Terbarukan (EBT), pengolahan mineral semikonduktor dan produk kimia berkelanjutan.
Cakupan kerja sama juga diperluas hingga peningkatan kompetensi dalam bidang rancang bangun, pengembangan sumber daya manusia dan pemanfaatan bersama infrastruktur riset.
Baca juga: Peluang proyek EPC strategis antara sesama perusahaan BUMN
Langkah ini sejalan dengan kompetensi Rekind, yang dikenal sebagai perusahaan Engineering Procurement Construction (EPC) milik negara, dengan kiprahnya selama 40 tahun dalam membangun industri pupuk, petrokimia, migas, serta infrastruktur energi dan mineral.
Kompetensinya di bidang EPC ini, bisa menjadi kunci hilirisasi dari riset-riset teknologi proses yang dilakukan lembaga-lembaga riset, yang kini berada di bawah naungan BRIN.
Bagi Rekind pengembangan teknologi juga bukan merupakan hal baru, karena sebelumnya juga bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dalam pengembangan teknologi pemurnian logam tanah jarang (rare earth) dari monasit dengan target dapat digunakan pada skala komersial pada tahun 2024.
Rekind juga mengembangkan teknologi pengolahan tandan kosong sawit menjadi produk kimia bernilai tambah, serta teknologi pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar nabati melalui kerja sama dengan kementerian, lembaga riset, perguruan tinggi dan BUMN terkait.
“Kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi kedua belah pihak dalam memperkokoh sumber daya riset dalam mengakselerasi kepemilikan teknologi bagi bangsa dan negara, serta meyakinkan banyak pihak bahwa penelitian skala laboratorium dapat berlanjut ke skala komersial,”kata Triyani Utaminingsih.
Baca juga: PT Rekind ungkap strategi perusahaan jaga kinerja di tengah pandemi
Kerja sama ini sangat strategis, mendukung terwujudnya industri nasional yang efektif, efisien, dan mandiri yang memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri untuk mendukung transisi energi, pengurangan karbon, ekonomi sirkular dan percepatan penyediaan infrastruktur Industri 4.0.
“Komitmen Rekind dalam pengembangan teknologi Merah Putih ini, merupakan bagian dari transformasi bisnis perusahaan dalam menghadapi perubahan industri global, serta membawa misi meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan daya saing industri nasional,” kata Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih dałam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Melalui kerja sama ini, Rekind dan BRIN akan mengembangkan penelitian dan riset yang berpijak pada pengembangan teknologi proses dalam bidang dekarbonisasi, Energi Baru dan Terbarukan (EBT), pengolahan mineral semikonduktor dan produk kimia berkelanjutan.
Cakupan kerja sama juga diperluas hingga peningkatan kompetensi dalam bidang rancang bangun, pengembangan sumber daya manusia dan pemanfaatan bersama infrastruktur riset.
Baca juga: Peluang proyek EPC strategis antara sesama perusahaan BUMN
Langkah ini sejalan dengan kompetensi Rekind, yang dikenal sebagai perusahaan Engineering Procurement Construction (EPC) milik negara, dengan kiprahnya selama 40 tahun dalam membangun industri pupuk, petrokimia, migas, serta infrastruktur energi dan mineral.
Kompetensinya di bidang EPC ini, bisa menjadi kunci hilirisasi dari riset-riset teknologi proses yang dilakukan lembaga-lembaga riset, yang kini berada di bawah naungan BRIN.
Bagi Rekind pengembangan teknologi juga bukan merupakan hal baru, karena sebelumnya juga bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dalam pengembangan teknologi pemurnian logam tanah jarang (rare earth) dari monasit dengan target dapat digunakan pada skala komersial pada tahun 2024.
Rekind juga mengembangkan teknologi pengolahan tandan kosong sawit menjadi produk kimia bernilai tambah, serta teknologi pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar nabati melalui kerja sama dengan kementerian, lembaga riset, perguruan tinggi dan BUMN terkait.
“Kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi kedua belah pihak dalam memperkokoh sumber daya riset dalam mengakselerasi kepemilikan teknologi bagi bangsa dan negara, serta meyakinkan banyak pihak bahwa penelitian skala laboratorium dapat berlanjut ke skala komersial,”kata Triyani Utaminingsih.
Baca juga: PT Rekind ungkap strategi perusahaan jaga kinerja di tengah pandemi
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: