Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan bahwa akselerasi vaksinasi dan peningkatan protokol kesehatan menjadi kunci untuk mendorong pemulihan ekonomi pada 2022.

Hal itu lantaran Indonesia masih cukup rentan terhadap gelombang ketiga pandemi COVID-19 seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kebijakan penanganan.

"Akselerasi program vaksinasi dan peningkatan protokol kesehatan secara simultan masih menjadi kunci untuk mendorong pemulihan ekonomi dan meningkatkan prospek ekonomi dalam jangka pendek," katanya dalam Indonesia Economic Outlook 2022 di Jakarta, Selasa.

Arsjad menuturkan Indonesia berhasil menapaki 2021 yang penuh tantangan dan berhasil menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi yang positif.

Hingga Januari 2022, capaian vaksinasi dosis satu di Indonesia telah menyentuh lebih dari 86 persen da lebih dari 60 persen untuk dosis kedua.

Dari sisi ekonomi, Indonesia bisa tumbuh 3,51 persen per triwulan III 2021. Demikian pula ekspor tertinggi berhasil dicapai Indonesia pada 2021 sebesar 231 miliar dolar AS.

"Hal ini membawa optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 4,7 persen hingga 5,5 persen pada 2022," katanya.

Sebelumnya, Direktur Celios Bhima Yudhistira berpendapat bahwa pandemi COVID-19 yang masih berlangsung di tahun 2022 akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional diikuti oleh ketidakpastian munculnya varian virus baru.

Bhima menilai munculnya varian Omicron dan yang kini sudah masuk ke Indonesia dengan tingkat penularan yang tinggi akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi nasional. Bahkan sekalipun kasus Omicron di Indonesia masih cukup terkendali, namun kasus Omicron di luar negeri seperti Eropa dan Amerika Serikat yang masih tinggi akan tetap berdampak pada Indonesia.

Tingginya kasus COVID-19 varian Omicron di negara lain, lanjut Bhima, akan berpengaruh pada sistem logistik.

"Tapi harus waspada kalau ekspor ke Amerika, Eropa, atau negara dengan tingkat kasus Omicron cukup tinggi akan berpengaruh pada pembatasan sosial dan logistik. Jadi untuk ekspor permintaan ada, tapi barangnya sampai tiga bulan ke depan," katanya.

Selain itu, Bhima juga menilai bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi melemah. "Isunya bukan lagi seberapa cepat ekonomi Indonesia pulih, tapi lebih fundamental lagi. Ternyata pasca pandemi ketimpangan semakin lebar, yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin," katanya.

Baca juga: Menko Luhut: RI perlu perkuat ketahanan ekonomi hadapi tekanan global
Baca juga: Airlangga: Vaksin tak merata jadi tantangan pertumbuhan ekonomi global
Baca juga: Menteri PUPR: Tol Cisumdawu penting untuk pengembangan ekonomi Jabar