Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah Kamis pagi terhadap dolar AS menguat dipicu data ekonomi AS yang negatif.

Nilai tukar rupiah Kamis pagi terhadap dolar AS naik lima poin menjadi Rp8.533 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.528.

"Mata uang rupiah masih dalam pandangan berpotensi menguat setelah mengalami koreksi dalam dua hari terakhir," kata pengamat pasar uang Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, pelemahan dolar AS salah satunya dipicu oleh indeks untuk sektor non manufaktur AS yaitu jasa melemah dari 54,6 pada bulan Mei menjadi 53,3 pada bulan Juni.

"Penurunan ini berbeda dengan indeks manufaktur yang dikeluarkan sebelumnya yang justru naik. Padahal

sektor jasa ini memberikan kontribusi 90 persen dari produk domestik bruto (PDB) AS," kata dia.

Sementara dari dalam negeri, kata dia, sinyal inflasi bulan Juli masih akan terkendali dan dalam batas wajar meskipun lebih tinggi daripada inflasi Juni akibat kebutuhan masyarakat menyambut puasa dan lebaran.

"Tekanan inflasi diperkirakan terus naik sampai bulan Agustus, dan mulai turun pada bulan September seiring dengan permintaan kebutuhan barang pokok yang turun pasca Lebaran," katanya.

Pengamat pasar uang dari PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova menambahkan, pelaku pasar masih menempatkan dananya dalam bentuk mata uang Rupiah yang mempunyai fundamental ekonomi positif.

"Nilai tukar mata uang kita masih cukup kuat terhadap dolar AS dipicu ekonomi dalam negeri yang stabil," kata dia.
(*)