"Masyarakat yang mengetahui adanya penimbunan segera melaporkan ke Pertamina atau kepolisian karena ulah spekulan membuat BBM cepat habis di SPBU," katanya di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan ulah para penimbun yang berulangkali antre di SPBU membuat persediaan BBM bersubsidi di SPBU cepat habis sehingga membuat masyarakat resah.
Ia mengatakan ulah para penimbun yang berulangkali antre di SPBU membuat persediaan BBM bersubsidi di SPBU cepat habis sehingga membuat masyarakat resah.
Ditambah lagi isu kenaikan harga BBM bersubsidi dan pembatasan pembelian yang belum diputuskan pemerintah pusat membuat permintaan semakin tinggi.
"Penimbun ini yang memasok ke pengecer dan harganya melambung beberapa kali lipat dari harga subsidi," katanya.
Dhamba mengatakan sudah berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu serta pihak kepolisian dalam pengawasan distrsibusi BBM tersebut.
Terkait pasokan kata dia, saat ini masih cukup untuk tiga hari ke depan dan tidak ada kendala distribusi baik melalui jalur laut maupun darat dari Sumatra Selatan dan Sumatra Barat.
Pasokan dari Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan untuk memenuhi kebutuhan Kabupaten dan Rejang Lebong dan Kepahiang, sedangkan dari Sumatra Barat untuk Kabupaten Muko Muko.
"Kalau pasokan tidak ada masalah, kami memenuhi kebutuhan 32 SPBU yang tersebar di 10 kabupaten dan kota, bahkan penyalurannya lebih dari kuota," katanya.
Penyaluran per hari untuk premium sebanyak 524 kiloliter dari kebutuhan sebanyak 503 kiloliter, dan solar sebanyak 276 kiloliter dari kebutuhan sebanyak 207 kiloliter per hari.
Sementara itu dari pantauan di sejumlah SPBU, antrean panjang kendaraan masih terjadi bahkan lebih panjang dari sebelumnya.
Antrean di SPBU Padang Jati dan SPBU kilometer 6,5 mencapai lebih dari satu kilometer sementara harga premium di tingkat pengecer mencapai Rp10 ribu per liter.