Bibit siklon 91W di utara Indonesia berdampak pada kondisi cuaca
24 Januari 2022 14:47 WIB
Ilustrasi - Citra satelit Siklon Tropis Rai di sekitar Samudera Pasifik Barat sebelah utara Papua dan Bibit Siklon 97W yang terbentuk di Laut China Selatan. (Antara/HO-BMKG)
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan bibit siklon 91W di utara Indonesia, tepatnya di sekitar Samudra Pasifik barat sebelah timur Filipina bagian selatan atau tepatnya di 8.3°LU 128.0°BT, berdampak pada kondisi cuaca.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan melalui pemantauan Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC), bibit siklon tersebut memiliki kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara minimum di sekitar pusat sistem mencapai 1.008 hPa.
Guswanto mengatakan sistem bibit siklon 91W bergerak ke arah barat hingga barat laut mendekati wilayah daratan Filipina dan semakin menjauhi wilayah Indonesia. Dalam periode 24 jam ke depan masih berada pada kategori rendah untuk menjadi sistem siklon tropis.
Guswanto menjelaskan suatu kriteria bahwa bibit siklon dapat dikatakan meningkat menjadi siklon tropis adalah apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot (65 km/jam).
Keberadaan bibit siklon tropis 91W tersebut, katanya, dapat membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin di wilayah perairan Laut Sulu, Laut Sulawesi dan perairan sebelah utara Maluku Utara.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluens tersebut yang terbentuk di wilayah perairan," ujar Guswanto.
Dalam 24 jam ke depan, menurut dia, bibit siklon tropis 91W ini dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi gelombang di wilayah Indonesia, yakni tinggi gelombang 2.5 - 4.0 meter (Rough Sea) di Perairan Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara, Perairan utara Kepulauan Halmahera, Laut Halmahera dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
Guswanto mengatakan BMKG, melalui Jakarta TCWC, terus memantau perkembangan siklon tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya.
Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, masyarakat diimbau untuk menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak
"Kemudian menghindari daerah rentan mengalami bencana, seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai dan lainnya," katanya.
i juga meminta masyarakat mewaspadai potensi dampak, seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor dan banjir bandang, terutama di daerah yang rentan.
Guswanto juga mengatakan bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, dapat langsung mengakses laman web https://www.bmkg.go.id, mengikuti media sosial @infobmkg, aplikasi iOS dan android "Info BMKG," atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan melalui pemantauan Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC), bibit siklon tersebut memiliki kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara minimum di sekitar pusat sistem mencapai 1.008 hPa.
Guswanto mengatakan sistem bibit siklon 91W bergerak ke arah barat hingga barat laut mendekati wilayah daratan Filipina dan semakin menjauhi wilayah Indonesia. Dalam periode 24 jam ke depan masih berada pada kategori rendah untuk menjadi sistem siklon tropis.
Guswanto menjelaskan suatu kriteria bahwa bibit siklon dapat dikatakan meningkat menjadi siklon tropis adalah apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot (65 km/jam).
Keberadaan bibit siklon tropis 91W tersebut, katanya, dapat membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin di wilayah perairan Laut Sulu, Laut Sulawesi dan perairan sebelah utara Maluku Utara.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluens tersebut yang terbentuk di wilayah perairan," ujar Guswanto.
Dalam 24 jam ke depan, menurut dia, bibit siklon tropis 91W ini dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi gelombang di wilayah Indonesia, yakni tinggi gelombang 2.5 - 4.0 meter (Rough Sea) di Perairan Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara, Perairan utara Kepulauan Halmahera, Laut Halmahera dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
Guswanto mengatakan BMKG, melalui Jakarta TCWC, terus memantau perkembangan siklon tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya.
Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, masyarakat diimbau untuk menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak
"Kemudian menghindari daerah rentan mengalami bencana, seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai dan lainnya," katanya.
i juga meminta masyarakat mewaspadai potensi dampak, seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor dan banjir bandang, terutama di daerah yang rentan.
Guswanto juga mengatakan bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, dapat langsung mengakses laman web https://www.bmkg.go.id, mengikuti media sosial @infobmkg, aplikasi iOS dan android "Info BMKG," atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: