Kota Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat bersiaga menghadapi lonjakan penyebaran COVID-19 varian Omicorn lebih tinggi dari Delta dengan mulai menyiapkan berbagai fasilitas kesehatan.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto saat diwawancarai usai menghadiri pelantikan pengurus Himpunan Alumni IPB di Hotel Salak Kota Bogor, Minggu, menyatakan tengah persiapan rumah sakit, pusat isolasi dan ketersediaan serta distribusi oksigen.

"Jadi kita sekarang bersiaga menghadapi situasi lonjakan yang lebih tinggi dari delta di Kota Bogor," kata Bima.

Bima menyampaikan Pemerintah Kota Bogor telah mempersiapkan semua langkah yang perlu dilakukan untuk menangani lonjakan Omicorn yang pada Sabtu (22/1) penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID -19 telah mencapai 36 orang.

Fasilitas kesehatan yang dipersiapkan bukan hanya fasilitas umum, seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat melainkan juga sistem penanganan isolasi mandiri pasien positif COVID-19 di rumah.

"Kondisi medis dari pasien isolasi mandiri inilah yang harus kita siapkan sistemnya," ujarnya.

Menurut Bima pendeteksian pasien Omicorn masih terkendala alat yang terbatas, sehingga dengan lonjakan kasus yang terjadi di Bogor bisa dipastikan adalah penyebaran varian baru COVID-19 tersebut.

Dari data Dinas Kesehatan Kota Bogor, dalam tiga hari ini jumlah kasus terpapar COVID-19 di Kota Bogor mengalami peningkatan, yakni pada Kamis (20/1) ada penambahan 10 kasus baru.

Kemudian, Jumat (21/1) ada penambahan 16 kasus baru. Serta, Sabtu (22/1) ada penambahan 36 kasus baru dan satu pasien meninggal dunia.

Total kasus COVID-19 yang terjadi di Kota Bogor hingga Sabtu (22/1) berjumlah 37.779 kasus dengan rincian, masih sakit sebanyak 82 kasus, meninggal dunia sebanyak 53 kasus dan pasien sembuh sebanyak 37.167 kasus.​​​

"Tidak mungkin ditelusuri lagi satu-satu, ini akan melonjak terus dan berbeda dengan PCR, ini tidak semua laboratorium bisa," ungkapnya.

Kini, kata Bima, pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan telah merancang sistem pengecekan, karena alat yang diperlukan untuk mendeteksi Omicorn cukup mahal.

Sementara itu, yang akan digencarkan adalah pengecekan seperti standar yang berlaku, penelusuran, dan perawatan bagi pasien positif COVID-19..

"Pak Menteri Kesehatan masih mengupayakan untuk satu sistem, untuk pengecekan yang lebih memungkinkan," katanya.

Baca juga: Lima organisasi profesi medis minta pemerintah evaluasi PTM

Baca juga: Epidemiolog: Gelombang ketiga COVID-19 berpotensi terjadi di Indonesia

Baca juga: Epidemiolog: Masifkan pelacakan dan analisis WGS tekan kasus Omicron