Jakarta (ANTARA News)- Rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini diperkirakan akan dapat berada dibawah angka Rp8.500 per dolar, meski dikhawatirkan akan muncul aksi profittaking (ambil untung) setelah mata uang lokal itu mengalami kenaikan yang cukup besar.

Pelaku pasar lokal sebenarnya berkeinginan untuk melakukan konsolidasi setelah rupiah menguat tajam, namun masih mengalirnya dana asing membuat mereka kembali membeli rupiah, kata analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Senin.

Rully Nova mengatakan, rupiah pagi ini naik 33 poin menjadi Rp8.510 per dolar tinggal selangkah lagi posisinya mencapai Rp8.500 per dolar.

"Kami optimis rupiah akan terus mengalami kenaikan karena arus modal asing yang masuk makin besar," ucapnya.

Menurut dia, pelaku asing sebenarnya masih menunggu data ekonomi AS yang baru dalam upaya mendorong ekonominya tumbuh lebih baik.

Kebijakan baru AS itu dalam bentuk penerbitan dana murah untuk mendorong pihak swasta memerlukan dana segar dari pemerintah, karena mereka sangat membutuhkannya, ucapnya.

Selain itu, pemerintah AS diperkirakan akan meningkatkan pagu utangnya, karena selama ini ekonominya masih belum tumbuh dengan baik.

Kondisi ini, lanjut dia sangat memungkinkan pelaku asing menginvestasikan dananya pasar Asia khususnya Indonesia yang mendorong rupiah terus mengalami kenaikan.

Kenaikan rupiah memang tidak sederas apa yang terjadi sebelumnya, namun secara perlahan-lahan mata uang lokal itu menguat hingga dibawah angka Rp8.500 per dolar, katanya.
(*)