Yingluck Diperkirakan Akan Menjadi Wanita PM Pertama Thailand
4 Juli 2011 08:12 WIB
Yingluck Shinawatra, adik perempuan dari mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra mengangkat tangannya usai menggelar kampanye di Si Saket, Thailand, Rabu (29/6). Thailand akan menggelar pemilihan umum pada 3 Juli. FOTO ANTARA/REUTERS/Adrees Latif/ox/11.)
Bangkok (ANTARA News) - Dengan kemenangan telak Partai Pheu Thai, Yingluck Shinawatra, kandidat perdana menteri partai itu yang juga adik bungsu mantan PM Thaksin Shinawatra yang mengasingkan diri, dipastikan akan menjadi perdana menteri ke-28 dan wanita PM pertama.
Mengenai partai-partai yang mungkin bergabung dalam koalisi, Yingluck menjelaskan bahwa partainya telah membuat kesepakatan dengan Partai Chartthaipattana untuk membentuk pemerintah baru, lapor Xinhua-OANA.
Berdasarkan angka resmi terbaru, kedua pihak akan meraih sekitar 278 anggota parlemen di majelis perwakilan, jauh melampaui separuh dari total 500 kursi yang diperlukan.
"Saya tidak ingin mengumumkan kemenangan Pheu Thai hari ini. Itu adalah milik orang-orang Thailand yang memberikan partai kesempatan untuk melayani mereka. Kami masih memiliki banyak beban menunggu di depan, termasuk pemecahan kesulitan ekonomi dan keluhan rakyat," kata Yingluck kepada khalayak pendukung yang bersorak-sorai dan media massa pada sekitar pukul 20:00 waktu setempat.
Thaksin Shinawatra, PM terguling Thailand, melakukan kontak telepon dari Dubai, Uni Emirat Arab, kepada adik bungsunya itu untuk mengucapkan selamat atas kemenangan menentukan partainya.
Sementara itu, pemimpin Partai Demokrat Abhisit Vejjajiva mengakui kekalahan partainya dan mengucapkan selamat kepada saingan utamanya Partai Pheu Thai atas kemenangan menentukan pada sekitar pukul 19:45 waktu setempat, pada Ahad.
"Saya mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat kepada Khun (Nona) Yingluck sebagai wanita perdana menteri pertama dari Thailand," komentar pertama Abhisit pada konferensi pers mengenai hasil pemilu, Ahad.
Dia mengatakan mulai dari sekarang dia ingin melihat rekonsiliasi di dalam masyarakat Thailand dan bahwa partainya akan melakukan tugasnya sebagai oposisi dengan cara yang konstruktif.
Dia juga mengingatkan partai yang menang agar mewujudkan semua kebijakan yang dijanjikan kepada rakyat.
Abhisit mungkin akan mundur dari jabatan pemimpin partai jika partainya gagal menghimpun setidaknya 170 kursi seperti ia sebutkan sebelumnya.
"Saya tidak bisa mengatakan bagaimana nasib saya sekarang, karena saya harus menunggu hasil resmi. Namun, saya telah membuat ancang-ancang di dalam pikiran saya," katanya sebelum mengakhiri konferensi pers tanpa pertanyaan.
Abhisit, yang merujuk kepada mantan PM Thaksin Shinawatra --yang digulingkan, juga menegaskan bahwa Demokrat akan terus menentang setiap tindakan atau pemberian pengampunan kepada seseorang yang jelas bersalah.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran ThaiPBS Ahad malam, Thaksin mengatakan dia tidak akan kembali ke Thailand jika akan menghasilkan lebih banyak masalah.
Thaksin digulingkan oleh kudeta militer pada September 2006 dan sekarang tinggal di pengasingan di Dubai untuk menghindari hukuman dua tahun penjara karena korupsi, serta surat perintah penangkapan atas tuduhan terorisme dalam kaitannya dengan menghasut kerusuhan Baju Merah pada tahun 2010.
Dia dan Pheu Thai berada di belakang Front Demokrasi Bersatu melawan Kediktatoran (UDD), alias Baju Merah, yang mengadakan aksi-aksi protes jalanan terhadap pemerintah yang dipimpin Partai Demokrat pada tahun 2009 dan 2010.
Demonstrasi-demonstrasi 2010 berakhir setelah 10 pekan dengan pembubaran paksa oleh pasukan militer yang menyebabkan 91 orang tewas dan hampir 1.900 cedera.
Komisi Pemilihan Umum mengatakan Ahad malam bahwa mereka akan berhenti menghitung surat suara segera setelah mereka selesai menghitung 90 persen dan akan mendeklarasikan hasil resmi pada 4 Juli.
Yingluck mengatakan, mengenai jabatan perdana menteri itu tergantung pada proses parlemen.
Ini adalah kedua kalinya ia menyebutkan tentang ketidakpastian dirinya menjadi perdana menteri.
Pada 27 Juni, ia mengatakan kepada para pendukungnya dari berbagai jaringan sosial bahwa ia tidak yakin apakah mereka akan mengizinkannya untuk menjadi pemimpin negara atau tidak.
Tentu saja, dengan jumlah anggota parlemen partainya yang telah diperoleh dari pemungutan suara, dia pasti akan menjadi pemimpin negara itu jika tiba pemungutan suara di parlemen yang akan diadakan dalam waktu 30 hari.
Mengenai kemenangan Pheu Thai yang luar biasa, Parinya Thewanarumitkul, dosen hukum di Thammasat University, mengatakan bahwa "kemenangan oposisi Partai Pheu Thaitelah mencerminkan bahwa sebagian besar orang Thailand menentang kudeta, tetapi itu tidak berarti orang memilih Pheu Thailand karena mereka memuja Baju Merah atau Thaksin." (AK/C003/K004)
Mengenai partai-partai yang mungkin bergabung dalam koalisi, Yingluck menjelaskan bahwa partainya telah membuat kesepakatan dengan Partai Chartthaipattana untuk membentuk pemerintah baru, lapor Xinhua-OANA.
Berdasarkan angka resmi terbaru, kedua pihak akan meraih sekitar 278 anggota parlemen di majelis perwakilan, jauh melampaui separuh dari total 500 kursi yang diperlukan.
"Saya tidak ingin mengumumkan kemenangan Pheu Thai hari ini. Itu adalah milik orang-orang Thailand yang memberikan partai kesempatan untuk melayani mereka. Kami masih memiliki banyak beban menunggu di depan, termasuk pemecahan kesulitan ekonomi dan keluhan rakyat," kata Yingluck kepada khalayak pendukung yang bersorak-sorai dan media massa pada sekitar pukul 20:00 waktu setempat.
Thaksin Shinawatra, PM terguling Thailand, melakukan kontak telepon dari Dubai, Uni Emirat Arab, kepada adik bungsunya itu untuk mengucapkan selamat atas kemenangan menentukan partainya.
Sementara itu, pemimpin Partai Demokrat Abhisit Vejjajiva mengakui kekalahan partainya dan mengucapkan selamat kepada saingan utamanya Partai Pheu Thai atas kemenangan menentukan pada sekitar pukul 19:45 waktu setempat, pada Ahad.
"Saya mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat kepada Khun (Nona) Yingluck sebagai wanita perdana menteri pertama dari Thailand," komentar pertama Abhisit pada konferensi pers mengenai hasil pemilu, Ahad.
Dia mengatakan mulai dari sekarang dia ingin melihat rekonsiliasi di dalam masyarakat Thailand dan bahwa partainya akan melakukan tugasnya sebagai oposisi dengan cara yang konstruktif.
Dia juga mengingatkan partai yang menang agar mewujudkan semua kebijakan yang dijanjikan kepada rakyat.
Abhisit mungkin akan mundur dari jabatan pemimpin partai jika partainya gagal menghimpun setidaknya 170 kursi seperti ia sebutkan sebelumnya.
"Saya tidak bisa mengatakan bagaimana nasib saya sekarang, karena saya harus menunggu hasil resmi. Namun, saya telah membuat ancang-ancang di dalam pikiran saya," katanya sebelum mengakhiri konferensi pers tanpa pertanyaan.
Abhisit, yang merujuk kepada mantan PM Thaksin Shinawatra --yang digulingkan, juga menegaskan bahwa Demokrat akan terus menentang setiap tindakan atau pemberian pengampunan kepada seseorang yang jelas bersalah.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran ThaiPBS Ahad malam, Thaksin mengatakan dia tidak akan kembali ke Thailand jika akan menghasilkan lebih banyak masalah.
Thaksin digulingkan oleh kudeta militer pada September 2006 dan sekarang tinggal di pengasingan di Dubai untuk menghindari hukuman dua tahun penjara karena korupsi, serta surat perintah penangkapan atas tuduhan terorisme dalam kaitannya dengan menghasut kerusuhan Baju Merah pada tahun 2010.
Dia dan Pheu Thai berada di belakang Front Demokrasi Bersatu melawan Kediktatoran (UDD), alias Baju Merah, yang mengadakan aksi-aksi protes jalanan terhadap pemerintah yang dipimpin Partai Demokrat pada tahun 2009 dan 2010.
Demonstrasi-demonstrasi 2010 berakhir setelah 10 pekan dengan pembubaran paksa oleh pasukan militer yang menyebabkan 91 orang tewas dan hampir 1.900 cedera.
Komisi Pemilihan Umum mengatakan Ahad malam bahwa mereka akan berhenti menghitung surat suara segera setelah mereka selesai menghitung 90 persen dan akan mendeklarasikan hasil resmi pada 4 Juli.
Yingluck mengatakan, mengenai jabatan perdana menteri itu tergantung pada proses parlemen.
Ini adalah kedua kalinya ia menyebutkan tentang ketidakpastian dirinya menjadi perdana menteri.
Pada 27 Juni, ia mengatakan kepada para pendukungnya dari berbagai jaringan sosial bahwa ia tidak yakin apakah mereka akan mengizinkannya untuk menjadi pemimpin negara atau tidak.
Tentu saja, dengan jumlah anggota parlemen partainya yang telah diperoleh dari pemungutan suara, dia pasti akan menjadi pemimpin negara itu jika tiba pemungutan suara di parlemen yang akan diadakan dalam waktu 30 hari.
Mengenai kemenangan Pheu Thai yang luar biasa, Parinya Thewanarumitkul, dosen hukum di Thammasat University, mengatakan bahwa "kemenangan oposisi Partai Pheu Thaitelah mencerminkan bahwa sebagian besar orang Thailand menentang kudeta, tetapi itu tidak berarti orang memilih Pheu Thailand karena mereka memuja Baju Merah atau Thaksin." (AK/C003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Tags: