BI proyeksi The Fed naikkan bunga empat kali tahun ini
20 Januari 2022 17:33 WIB
Tangkapan layar - Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG BI Bulan Januari 2022 Cakupan Tahunan di Jakarta, Kamis (20/1/2022). ANTARA/Youtube Bank Indonesia/pri.
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed akan menaikkan bunga sebanyak empat kali pada tahun 2022.
"Kenaikan ini akan dimulai pada bulan Maret dan tentu saja di pertemuan Fed selanjutnya," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG BI Bulan Januari 2022 Cakupan Tahunan di Jakarta, Kamis.
Ia menyebutkan kenaikan suku bunga acuan Fed pada Maret kemungkinan di kisaran 25 basis poin (bps) sampai 50 bps, namun hal tersebut masih harus ditelaah lebih lanjut.
Kemungkinan kenaikan bunga kebijakan Fed terjadi seiring dengan tingginya inflasi di negeri adidaya akibat pemulihan ekonomi, meski masih terdapat risiko peningkatan kasus COVID-19 varian Omicron, gangguan mata rantai pasokan global, dan kenaikan harga energi.
Dengan demikian, perubahan kebijakan Negeri Paman Sam tersebut kemungkinan akan berdampak kepada sisi eksternal ekonomi Indonesia, terutama karena langkah itu diperkirakan memicu peningkatan suku bunga obligasi AS sekitar dua persen, bahkan kemungkinan lebih tinggi.
Jika suku bunga obligasi AS meningkat, Perry menjelaskan selisih dengan suku bunga obligasi Indonesia pun semakin menipis, sehingga akan berpengaruh terhadap arus modal asing pada portofolio Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri.
"Oleh karena itu, dampaknya akan kami lihat seberapa jauh suku bunga acuan SBN akan naik, demikian pula dampaknya kepada nilai tukar rupiah," ujarnya.
Meski demikian, ia mengaku tak terlalu khawatir karena kondisi fundamental Indonesia saat ini sangat baik, seperti defisit transaksi berjalan yang rendah, surplus neraca modal finansial yang cukup besar, arus modal dalam bentuk penanaman modal asing, dan surplus neraca dagang.
Namun, BI akan tetap terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menyesuaikan suku bunga obligasi Indonesia, terutama untuk memastikan agar imbal hasilnya SBN dalam negeri tetap menarik di mata investor.
Baca juga: BI kembali pertahankan bunga acuan 3,5 persen
Baca juga: CORE: potensi kenaikan bunga kredit bank di 2022 patut diwaspadai
Baca juga: Gubernur BI sebut kredit perbankan tumbuh 4,7 persen pada November
"Kenaikan ini akan dimulai pada bulan Maret dan tentu saja di pertemuan Fed selanjutnya," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers RDG BI Bulan Januari 2022 Cakupan Tahunan di Jakarta, Kamis.
Ia menyebutkan kenaikan suku bunga acuan Fed pada Maret kemungkinan di kisaran 25 basis poin (bps) sampai 50 bps, namun hal tersebut masih harus ditelaah lebih lanjut.
Kemungkinan kenaikan bunga kebijakan Fed terjadi seiring dengan tingginya inflasi di negeri adidaya akibat pemulihan ekonomi, meski masih terdapat risiko peningkatan kasus COVID-19 varian Omicron, gangguan mata rantai pasokan global, dan kenaikan harga energi.
Dengan demikian, perubahan kebijakan Negeri Paman Sam tersebut kemungkinan akan berdampak kepada sisi eksternal ekonomi Indonesia, terutama karena langkah itu diperkirakan memicu peningkatan suku bunga obligasi AS sekitar dua persen, bahkan kemungkinan lebih tinggi.
Jika suku bunga obligasi AS meningkat, Perry menjelaskan selisih dengan suku bunga obligasi Indonesia pun semakin menipis, sehingga akan berpengaruh terhadap arus modal asing pada portofolio Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri.
"Oleh karena itu, dampaknya akan kami lihat seberapa jauh suku bunga acuan SBN akan naik, demikian pula dampaknya kepada nilai tukar rupiah," ujarnya.
Meski demikian, ia mengaku tak terlalu khawatir karena kondisi fundamental Indonesia saat ini sangat baik, seperti defisit transaksi berjalan yang rendah, surplus neraca modal finansial yang cukup besar, arus modal dalam bentuk penanaman modal asing, dan surplus neraca dagang.
Namun, BI akan tetap terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menyesuaikan suku bunga obligasi Indonesia, terutama untuk memastikan agar imbal hasilnya SBN dalam negeri tetap menarik di mata investor.
Baca juga: BI kembali pertahankan bunga acuan 3,5 persen
Baca juga: CORE: potensi kenaikan bunga kredit bank di 2022 patut diwaspadai
Baca juga: Gubernur BI sebut kredit perbankan tumbuh 4,7 persen pada November
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: