Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai total utang luar negeri Indonesia baik Pemerintah dan Swasta yang terus meningkat hingga kwartal I tahun ini patut terus dicermati.

"Meski ekonomi kita stabil dan fundamental ekonomi bagus, tetapi utang luar negeri harus terus dicermati dengan mengingatkan pelaku bisnis untuk mengelola utang luar negerinya secara berhati-hati," kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia, Difi A Johansyah, di Jakarta, Kamis.

Meski menilai rasio perbandingannya dengan fundamental ekonomi menunjukkan perbaikan, namun utang luar negeri tetap harus dicermati.

Dikatakannya, meski perilaku swasta dalam mengelola utang luar negeri sudah membaik dibanding masa krisis keuangan 1997/1998, namun upaya mengurangi risiko utang luar negeri harus terus dilakukan.

Menurutnya, meski total utang luar negeri baik Pemerintah dan Swasta terus meningkat namun, kondisi perekonomian sekarang menunjukkan kondisi yang membaik dibanding saat krisis ekonomi sehingga bumper atau penahan krisis ekonomi semakin baik.

"Bumper kita sekarang lebih bagus bahkan mau investment grade. Bahkan utang luar negeri swasta masuk ke sektor-sektor yang tumbuh seperti leasing, telekomunikasi, pertambangan, dan manufaktur," katanya.

Sementara untuk utang luar negeri Pemerintah, lanjutnya, secara komposisi juga semakin baik dengan sumber utang yang digeser ke dalam negeri dengan memperbanyak penerbitan surat berharga negara (SBN).

Jumlah utang luar negeri Indonesia sampai kwartal I 2001 mencapai 214,5 miliar dolar AS, meningkat 10 miliar dolar AS dibanding posisi akhir 2010.

Jumlah tersebut terdiri dari utang Pemerintah sebesar 128,6 miliar dolar AS dan utang swasta 85,9 miliar dolar AS.

Utang Pemerintah itu juga meningkat dibanding posisi akhir Desember 2010 sebesar 118,6 miliar dolar AS dan utang swasta 83,8 miliar dolar AS.

Untuk utang luar negeri swasta sampai April 2011 terdiri dari swasta non bank 72,5 miliar dolar AS dan utang bank 13,4 miliar dolar AS.

"Dengan kondisi ini beban utang luar negeri kita semakin baik dibanding tahun-tahun sebelumnya terlihat dari rasio-rasio yang ada," katanya.

Rasio utang dibanding PDB saat ini 28,2 persen lebih baik dibanding 1997/1998 151,2 persen. Sementara rasio utang jangka pendek dibanding cadangan devisa saat ini 42,6 persen lebih baik dibanding 1997/1998 142,7 persen.

Menurut Difi, salah satu upaya untuk mencegah utang luar negeri menjadi krisis adalah dengan menerapkan monitor yang ketat terhadap utang luar negeri swasta, yang telah dilakukan BI sejak Oktober 2000.

"Untuk mencegah krisis salah satunya adalah monitoring utang swasta. Kita telah mempermudah aturan pelaporan agar swasta semakin patuh," katanya.(*)

(T.D012/A027)