Kairo (ANTARA News) - Bentrokan sengit terjadi Selasa larut malam (28/6) antara pasukan keamanan Mesir dan pemrotes di Bundaran At-Tahrir di bagian tengah Kairo, demikian laporan jejaring lokal Egypt News.

Bentrokan itu meletus ketika pasukan keamanan berusaha membubarkan ratusan orang yang melancarkan protes di luar gedung Kementerian Dalam Negeri di Bundara At-Tahrir, kata jejaring itu, yang dikutip Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu.

Polisi menembakkan gas air mata ke arah beberapa ratus pemuda, sebagian di antara mereka melemparkan batu dan menuntut proses pengadilan mantan pejabat senior dilakukan secepatnya.

Bentrokan terjadi di daerah tempat banyak keluarga dari 840 orang yang tewas dalam protes yang mengakibatkan tergulingnya presiden Hosni Mubarak pada Februari. Mereka berkumpul untuk mengenang anggota keluarga mereka yang tewas.

Kementerian Dalam Negeri menuduh satu kelompok orang yang berusaha mengganggu acara tersebut dan menyulut kerusuhan. Itu adalah kerusuhan pertama dalam beberapa pekan di Bundaran At-Tahrir, pusat pemberontakan terhadap Mubarak.

Polisi dengan bersenjatakan tameng dan perangkat anti-huru-hara menghalangi pemrotes berpawai menuju kementerian itu.

Petugas ambulans merawat orang yang kebanyakan telah menghirup gas air mata. Seorang koresponden Reuters melihat beberapa orang menderita luka ringan, termasuk mereka yang kepala mereka tergores.

"Orang marah sebab kasus pengadilan terhadap para pejabat tinggi terus-menerus ditunda," kata Ahmed Abdel Hamid (26), seorang pegawai toko kue, di tempat kejadian. Kedua tangannya menggenggam batu.

Ia mengatakan polisi bentrok dengan mereka yang berkumpul dalam acara memberi penghargaan kepada "syuhada", sebutan yang diberikan kepada mereka yang tewas dalam pemberontakan terhadap Mubarak.

"Rakyat mengingini kejatuhan rejim," demikian teriakan sebagian orang yang berkumpul di bundaran tersebut.

Sebagian lagi menyeru Panglima Tertinggi Mohamed Hussein Tantawi, pemimpin dewan militer yang kini memerintah Mesir, agar turun.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan di dalam satu pernyataan sekelompok orang telah dicegah bergabung dalam acara di satu gedung pertunjukan guna menghormati "syuhada" dan terlah berusaha menerobos, sehingga polisi turun-tangan.

Kelompok tersebut pindah ke daerah lain. Polisi menahan tujuh orang yang diduga memicu kerusuhan, kata kementerian itu.

Para pegiat politik yang telah membantu menyelenggarakan protes lain belum lama ini di Bundara At-Tahrir mengatakan bentrokan Selasa malam dan Rabu pagi bukan bagian dari protes yang direncanakan.

Mantan menteri dalam negeri Mesir, Habib al-Adli, telah dijatuhi hukuman penjara karena melakukan korupsi tapi dia dan pejabat lain masih diadili dengan dakwaan yang berkaitan dengan tewasnya pemrotes.

Kendaraan polisi dilempari batu oleh pemrotes dalam acara Ahad (26/6).

Polisi menggunakan tongkat, gas air mata, semprotan air dan amunisi aktif terhadap pemrotes pada hari pertama pemberontakan 18 hari sebelum mereka diperintahkan meninggalkan jalan dan militer turun-tangan. Mubarak lalu menyerahkan kekuasaan kepada dewan militer.

Mantan presiden itu, yang sekarang dirawat di rumah sakit, telah didakwa membunuh pemrotes dan dapat menghadapi hukuman mati. Ia dijadwalkan diadili pada 3 Agustus, demikian Reuters melaporkan. (C003/A011/K004)