Jakarta (ANTARA) - Puri Kauhan Ubud menyelenggarakan program Sastra Saraswati Sewana kedua (SSS II) yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya konservasi air di tengah krisis air bersih akibat industrialisasi.

Berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, Sastra Saraswati Sewana 2022 bertajuk “Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” yang artinya "Air Sumber Kehidupan dan Penyembuh Peradaban".

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana menjelaskan bahwa tema tersebut diangkat sebagai inisiatif gerakan kesadaran untuk menjaga, melakukan konservasi, dan memuliakan air yang memiliki arti penting dalam laku kehidupan masyarakat Bali.

“Air adalah sumber kehidupan dalam masyarakat agraris. Bali memiliki warisan institusi dan teknologi untuk mengatur tata kelola air yang disebut subak,” ucap Koordinator Staf Khusus Presiden ini.

Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud lanjutkan peluncuran birografi Tjokorda Raka
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud luncurkan buku Sastra Saraswati Sewana
Baca juga: Ari Dwipayana: Moderasi beragama harus jadi gerakan bersama


Meskipun begitu, sulit dipungkiri bahwa peradaban air saat ini sudah mengalami pergeseran, sejalan dengan budaya industri yang menggeser episentrum peradaban ke jalan raya, bandara, dan sebagainya.

Yang memprihatinkan, tutur Ari melanjutkan, adalah dunia saat ini juga mulai mengalami krisis air yang ditandai dengan kelangkaan air bersih, penurunan debit air, intrusi air laut, dan sebagainya. Air yang disucikan juga mulai tercemar oleh limbah dan sampah.

“Menghadapi krisis air, Yayasan Puri Kauhan Ubud mengambil inisiatif melakukan edukasi, literasi dan advokasi melalui gerakan kesadaran untuk menjaga dan memuliakan air dengan tajuk 'Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara',” kata Ari memberi penegasan di dalam pidatonya.

Bukan sekadar berwacana, gerakan kesadaran ini akan melakukan penataan ekosistem secara holistik, terintegrasi yang dipusatkan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Oos, yang diharapkan menjadi panutan penataan ekosistem sungai berbasis kearifan lokal dan budaya Bali. Penataan akan menempatkan Segara-Wukir, laut, dan gunung sebagai kesatuan yang tak terpisahkan.

“Karena itu, Puri Kauhan Ubud memanggil semua pihak untuk terlibat, berpartisipasi, bergerak dalam gerakan kesadaran ini,” ujarnya.

Menyambung pidato sambutan, dalam dialog yang dipandu moderator Putu Dian, Ari Dwipayana juga menegaskan bahwa gerakan kesadaran “Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” ini merupakan aksi nyata untuk mengaktualisasikan kepedulian terhadap lingkungan.

“Menjaga, memuliakan alam, adalah konsep yang sangat kunci dan penting di Bali,” kata Ari Dwipayana.