IDAI: Kontak fisik saat IMD tingkatkan keberhasilan ASI eksklusif
14 Januari 2022 22:02 WIB
Tangkapan layar Anggota Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Klara Yuliarti, Sp.A(K) dalam jumpa pers virtual “Peluncuran modul Indonesian Breastfeeding Course for Clinician” yang diikuti di Jakarta, Jumat (14/1/2022). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti
Jakarta (ANTARA) - Anggota Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Klara Yuliarti, Sp.A(K) mengatakan kontak fisik yang dilakukan ibu dan bayi saat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dapat meningkatkan peluang keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
“IMD ini angkanya memang masih belum sesuai harapan. Seharusnya diberikan pada bayi yang sehat, dimulai kurang lebih sekitar satu jam sampai isapan pertama. Prinsipnya adalah skin to skin contact,” kata Klara dalam jumpa pers virtual “Peluncuran modul Indonesian Breastfeeding Course for Clinician” yang diikuti di Jakarta, Jumat.
Klara menuturkan, kontak fisik yang dilakukan pada saat IMD, dapat memberikan kehangatan pada bayi sekaligus memberikan waktu terjadinya proses kolonisasi bayi dengan sejenis bakteri baik bernama flora normal dari ibu yang didapat dari penghisapan ASI.
Selain itu, proses kolonisasi juga memberikan kolostrum yang dapat dimanfaatkan sebagai imunisasi pertama, karena mengandung berbagai banyak nutrisi yang dibutuhkan bayi.
Sedangkan pada ibu, IMD dapat menjadi waktu yang tepat untuk melatih kepekaan ibu mengenali ekspresi bayinya yang sedang lapar. Masa itu juga berguna untuk meningkatkan hormon endorfin yang memberikan rasa nyaman pada ibu, sehingga dapat merangsang hormon prolaktin.
Baca juga: Ibu positif COVID-19 gejala ringan boleh "skin to skin" saat menyusui
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya ASI eksklusif cegah kematian bayi
Melalui hormon prolaktin itulah, ASI yang dimiliki ibu dapat diberikan lebih cepat dan dalam jumlah yang banyak. Selain itu, IMD bisa menurunkan kortisol atau hormon yang menyebabkan ibu menjadi tegang saat menyusui.
“Lalu menurunkan kortisol atau hormon yang menyebabkan ibunya tegang. Kolostrum itu adalah ASI sekitar dua minggu pertama yang mengandung imunoglobin,” ujar dia.
Klara menekankan, dengan adanya kontak fisik yang menciptakan kepekaan dan pengertian di antara kedua belah pihak, maka IMD dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif sampai dengan usia empat bulan.
Baca juga: Kemkes: Perlindungan untuk ibu menyusui adalah tanggung jawab bersama
Baca juga: ASI dapat bantu putuskan rantai kemiskinan dalam masyarakat
Walaupun peluang keberhasilan itu cukup besar, menurut dia, nyatanya masih banyak ibu yang tidak mengetahui perbedaan kandungan nutrisi serta kualitas ASI yang berwarna putih dan kuning. Banyak yang menganggap ASI kuning tidak baik untuk bayi, padahal justru memiliki kandungan lemak yang tinggi dan bermanfaat menaikkan berat badan bayi.
Sehingga selain meningkatkan kontak fisik, diharapkan para ibu juga memahami perbedaan warna pada ASI beserta minimal durasi pemberian ASI pada bayi yang baiknya berkisar antara 10 sampai 15 menit.
Hal itu bertujuan untuk mencapai keberhasilan ASI eksklusif sampai kurun waktu enam bulan.
“Minimal 10 menit karena ASI itu unik, tidak seperti susu formula yang dari awal sampai akhir sama saja. ASI di lima menit pertama itu encer mengandung laktosa. Tapi pada pada 10 sampai 15 menit pertama itu adalah lemak dan protein sehingga bayi harus mendapatkan semuanya,” tegas Klara.
Baca juga: Kemenkes kampanyekan pemberian ASI melalui Pekan Menyusui Sedunia 2021
Baca juga: KemenPPPA sebut pemberian ASI eksklusif anak Indonesia masih rendah Baca juga: Butuh inovasi layanan faskes agar pemberian ASI ekslusif tidak turun
“IMD ini angkanya memang masih belum sesuai harapan. Seharusnya diberikan pada bayi yang sehat, dimulai kurang lebih sekitar satu jam sampai isapan pertama. Prinsipnya adalah skin to skin contact,” kata Klara dalam jumpa pers virtual “Peluncuran modul Indonesian Breastfeeding Course for Clinician” yang diikuti di Jakarta, Jumat.
Klara menuturkan, kontak fisik yang dilakukan pada saat IMD, dapat memberikan kehangatan pada bayi sekaligus memberikan waktu terjadinya proses kolonisasi bayi dengan sejenis bakteri baik bernama flora normal dari ibu yang didapat dari penghisapan ASI.
Selain itu, proses kolonisasi juga memberikan kolostrum yang dapat dimanfaatkan sebagai imunisasi pertama, karena mengandung berbagai banyak nutrisi yang dibutuhkan bayi.
Sedangkan pada ibu, IMD dapat menjadi waktu yang tepat untuk melatih kepekaan ibu mengenali ekspresi bayinya yang sedang lapar. Masa itu juga berguna untuk meningkatkan hormon endorfin yang memberikan rasa nyaman pada ibu, sehingga dapat merangsang hormon prolaktin.
Baca juga: Ibu positif COVID-19 gejala ringan boleh "skin to skin" saat menyusui
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya ASI eksklusif cegah kematian bayi
Melalui hormon prolaktin itulah, ASI yang dimiliki ibu dapat diberikan lebih cepat dan dalam jumlah yang banyak. Selain itu, IMD bisa menurunkan kortisol atau hormon yang menyebabkan ibu menjadi tegang saat menyusui.
“Lalu menurunkan kortisol atau hormon yang menyebabkan ibunya tegang. Kolostrum itu adalah ASI sekitar dua minggu pertama yang mengandung imunoglobin,” ujar dia.
Klara menekankan, dengan adanya kontak fisik yang menciptakan kepekaan dan pengertian di antara kedua belah pihak, maka IMD dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif sampai dengan usia empat bulan.
Baca juga: Kemkes: Perlindungan untuk ibu menyusui adalah tanggung jawab bersama
Baca juga: ASI dapat bantu putuskan rantai kemiskinan dalam masyarakat
Walaupun peluang keberhasilan itu cukup besar, menurut dia, nyatanya masih banyak ibu yang tidak mengetahui perbedaan kandungan nutrisi serta kualitas ASI yang berwarna putih dan kuning. Banyak yang menganggap ASI kuning tidak baik untuk bayi, padahal justru memiliki kandungan lemak yang tinggi dan bermanfaat menaikkan berat badan bayi.
Sehingga selain meningkatkan kontak fisik, diharapkan para ibu juga memahami perbedaan warna pada ASI beserta minimal durasi pemberian ASI pada bayi yang baiknya berkisar antara 10 sampai 15 menit.
Hal itu bertujuan untuk mencapai keberhasilan ASI eksklusif sampai kurun waktu enam bulan.
“Minimal 10 menit karena ASI itu unik, tidak seperti susu formula yang dari awal sampai akhir sama saja. ASI di lima menit pertama itu encer mengandung laktosa. Tapi pada pada 10 sampai 15 menit pertama itu adalah lemak dan protein sehingga bayi harus mendapatkan semuanya,” tegas Klara.
Baca juga: Kemenkes kampanyekan pemberian ASI melalui Pekan Menyusui Sedunia 2021
Baca juga: KemenPPPA sebut pemberian ASI eksklusif anak Indonesia masih rendah Baca juga: Butuh inovasi layanan faskes agar pemberian ASI ekslusif tidak turun
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022
Tags: