Akademikus: Integrasikan Papua ke Indonesia melalui pembangunan
14 Januari 2022 20:27 WIB
Tangkapan layar - Akademikus Universitas Syiah Kuala Otto Syamsuddin (kanan) menanggapi hasil riset FAPD yang bertajuk “Membangun Fondasi Perdamaian di Papua”, disiarkan di kanal YouTube Imparsial dan dipantau dari Jakarta, Jumat (14/1/2022). ANTARA/Putu Indah Savitri.
Jakarta (ANTARA) - Akademikus Universitas Syiah Kuala Otto Syamsuddin berpandangan bahwa pemerintah mengeratkan integrasi Papua dengan Indonesia melalui pembangunan di sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur.
“Semua aspek pembangunan yang dilakukan di Papua, baik di pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur adalah untuk mengintegrasikan Papua ke dalam Indonesia,” kata Otto.
Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika menanggapi hasil riset FAPD yang bertajuk “Membangun Fondasi Perdamaian di Papua”, disiarkan di kanal YouTube Imparsial dan dipantau dari Jakarta, Jumat.
Baca juga: Akademikus rekomendasikan pendekatan 'bottom up' pembangunan Papua
Selain itu, menurut Otto, pembangunan yang berlangsung di wilayah rawan konflik juga bertujuan untuk memudahkan Pemerintah dalam mengendalikan situasi guna mencegah konflik mengalami eskalasi.
“Pembangunan infrastruktur juga untuk memobilisasi kekuatan Pemerintah dalam mengendalikan keamanan di daerah konflik,” kata dia.
Otto berpandangan bahwa pembangunan jalan yang meningkatkan konektivitas antardaerah tidak hanya semata-mata untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dari masyarakat lokal, tetapi juga untuk memberikan akses yang lebih mudah kepada pemerintah dalam rangka mengendalikan kondisi keamanan di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, berdasarkan pengamatan Otto, pusat-pusat pembangunan sebagian besar berlokasi di titik-titik yang memudahkan pemerintah untuk mengendalikan situasi keamanan.
Baca juga: FAPD: Pembangunan di Papua perlu diimbangi dengan pelatihan masyarakat
“Pendidikan juga begitu. Pendidikan adalah instrumen untuk pengendalian situasi suatu wilayah,” kata Otto.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Forum Akademisi untuk Papua Damai (FAPD) Cahyo Pamungkas mengatakan bahwa pembangunan di wilayah Papua belum sepenuhnya mendukung upaya peningkatan perdamaian.
Pemerintah harus mengimbangi pembangunan di Papua dengan pelatihan untuk memaksimalkan kapasitas masyarakat Papua dalam menyokong upaya peningkatan perdamaian yang kondusif.
“Pembangunan yang berbasis kebudayaan atau melanesian way adalah alternatif,” kata Cahyo.
Baca juga: KSP: Presiden arahkan pembangunan Papua dengan pendekatan wilayah adat
“Semua aspek pembangunan yang dilakukan di Papua, baik di pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur adalah untuk mengintegrasikan Papua ke dalam Indonesia,” kata Otto.
Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika menanggapi hasil riset FAPD yang bertajuk “Membangun Fondasi Perdamaian di Papua”, disiarkan di kanal YouTube Imparsial dan dipantau dari Jakarta, Jumat.
Baca juga: Akademikus rekomendasikan pendekatan 'bottom up' pembangunan Papua
Selain itu, menurut Otto, pembangunan yang berlangsung di wilayah rawan konflik juga bertujuan untuk memudahkan Pemerintah dalam mengendalikan situasi guna mencegah konflik mengalami eskalasi.
“Pembangunan infrastruktur juga untuk memobilisasi kekuatan Pemerintah dalam mengendalikan keamanan di daerah konflik,” kata dia.
Otto berpandangan bahwa pembangunan jalan yang meningkatkan konektivitas antardaerah tidak hanya semata-mata untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dari masyarakat lokal, tetapi juga untuk memberikan akses yang lebih mudah kepada pemerintah dalam rangka mengendalikan kondisi keamanan di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, berdasarkan pengamatan Otto, pusat-pusat pembangunan sebagian besar berlokasi di titik-titik yang memudahkan pemerintah untuk mengendalikan situasi keamanan.
Baca juga: FAPD: Pembangunan di Papua perlu diimbangi dengan pelatihan masyarakat
“Pendidikan juga begitu. Pendidikan adalah instrumen untuk pengendalian situasi suatu wilayah,” kata Otto.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Forum Akademisi untuk Papua Damai (FAPD) Cahyo Pamungkas mengatakan bahwa pembangunan di wilayah Papua belum sepenuhnya mendukung upaya peningkatan perdamaian.
Pemerintah harus mengimbangi pembangunan di Papua dengan pelatihan untuk memaksimalkan kapasitas masyarakat Papua dalam menyokong upaya peningkatan perdamaian yang kondusif.
“Pembangunan yang berbasis kebudayaan atau melanesian way adalah alternatif,” kata Cahyo.
Baca juga: KSP: Presiden arahkan pembangunan Papua dengan pendekatan wilayah adat
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: