Jakarta (ANTARA News) - Kurs mata uang rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis sore bergerak melemah tipis tiga poin ke level 8.590 poin dibanding posisi terakhir sebelumnya Rp8.587.

Pengamat pasar uang Muhammad Doddy di Jakarta, Kamis mengatakan, pergerakkan mata uang rupiah pada Kamis sore bergerak tertekan terhadap dolar AS dipicu kekhawatiran terjadinya inflasi pada bulan ini oleh pelaku pasar selain sentimen negatif dari fundamental perekonomian global.

"Kekhawatiran investor terhadap inflasi yang akan terjadi memberi sentimen negatif pada pergerakkan nilai tukar mata uang dalam negeri, meski inflasi diperkirakan tipis," kata dia.

Ia menambahkan, beberapa investor mengira acuan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) sebesar 6,75 persen belum mencukupi untuk menahan laju inflasi.

"BI rate sebesar 6,75 persen dianggap kurang cukup untuk menutup inflasi, kebanyakan investor mengharapkan BI rate sebesar tujuh persen. Dengan posisi BI rate sebesar tujuh persen maka dapat menahan keluarnya arus dana asing," ujarnya.

Selain itu, kata dia, dari global kondisi krisis eknomi di Yunani dapat memicu negara eropa lainnya terimbas seperti pada negara Portugal dan Irlandia yang menunjukkan tanda-tanda akan kembali terjadi krisis.

"Kendati bailout kedua bagi Yunani lebih menjadi pilihan bagi para pemimpin Uni Eropa (UE), itu hanya akan semakin menambah biaya ekonomi krisis," kata Doddy.

Ia menambahkan, dengan kondisi perekonomian global yang cukup rawan memicu investor memilih mata uang dolar AS untuk penempatan dananya karena diangap kuat.

"Kondisi global tidak menentu, diantara mata uang negara-negara maju mata uang dolar AS menjadi yang paling cukup kuat, jadi bagi investor tidak ada pilihan lain lagi untuk memilih dolar AS," kata dia.