Artikel
IP400, terobosan mendongkrak produksi padi nasional
Oleh Subagyo
14 Januari 2022 18:50 WIB
Ilustrasi: Petani berjalan di persawahan Desa Puca, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (8/1/2022). . ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/rwa. (ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) pada 11 Januari 2021 lalu melakukan tanam padi sekaligus pencanangan perdana Indeks Pertanaman (IP) 400 atau penanaman 4 kali setahun di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, guna menggenjot peningkatan produksi padi.
Upaya ini dimaksudkan sebagai terobosan meningkatkan stok beras nasional agar semakin tangguh menghadapi tantangan COVID-19 dan perubahan iklim, bahkan untuk mewujudkan Indonesia ekspor beras.
Program percepatan tanam IP 400 merupakan salah satu terobosan menghadapi anomali perubahan iklim agar persediaan pangan tetap tersedia. Sebab cuaca ke depan tidak bisa diprediksi sehingga kapan air dan cuaca yang bagus harus segera dilakukan penanaman.
Penyediaan beras bagi rakyat Indonesia, tidak akan mampu hanya didukung dengan luasan lahan yang tetap, bahkan cenderung semakin menurun. Salah satu cara untuk mencapai swasembada beras yang lestari, perlu dilakukan peningkatan IP Padi menjadi 400, dengan terobosan teknologi melalui dukungan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) serta mengedepankan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Oleh karena itu Program IP 400 dinilai bisa menjadi solusi dalam meningkatkan produksi besar sehingga Indonesia bisa swasembada pangan dan tak perlu impor beras lagi. Dengan IP 400, pertanian bisa memanfaatkan sumber daya air dan sinar matahari secara maksimal.
Indeks Pertanaman (IP) Padi 400, merupakan pilihan yang menjanjikan guna meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan lahan baru. Konsepnya adalah dalam satu tahun di hamparan sawah yang memiliki irigasi sepanjang tahun, dapat ditanami padi selama empat kali.
Ada empat faktor pendukung sebagai keberhasilan dalam pelaksanaan IP Padi 400 tersebut, antara lain penggunaan benih varietas padi sangat genjah yang memiliki umur 90-104 hari.
Terkait penggunaan varietas padi sangat genjah dengan umur 90-104 Hari Setelah Semai (HSS) dan ultra genjah (kurang dari 90 hari HSS) sejumlah varietas tersebut yakni Cakrabuana (104 HSS), Pajajaran (104 HSS), Inpari 19 (104 HSS), Inpari 20 (104 HSS), Inpari Sidenuk (103 HSS), Inpari 18 (102 HSS), Inpari 13 (99 HSS), Inpari 12 (99 HSS) dan M70D (87 HSS).
Faktor lain yakni Pengendalian Hama/penyakit Terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional serta pengelolaan hara secara terpadu spesifik lokasi dan manajemen tanam dan panen yang efisien.
Lahan yang potensial untuk pelaksanaan program in adalah lahan irigasi dengan IP Padi 200, baik dengan irigasi teknis maupun sederhana. Untuk menjamin keberhasilan, perlu didukung empat syarat yaitu satu hamparan yang waktu tanamnya serempak dengan luas minimal 25 ha, petak tersier yang dekat saluran sekunder, air irigasi tersedia selama 11 bulan, dan bukan daerah endemik hama-penyakit.
Program percepatan tanam IP 400 dinilai dapat meningkatkan produksi padi dan memitigasi anomali perubahan iklim. Terbukti, rata-rata daerah telah berhasil menerapkan IP 400, yang dilakukan dengan memperbaiki varietas, budaya tanam, membangun hilirisasi dan sampai hal-hal lainnya harus diterapkan bersama.
Baca juga: Mentan: Kegiatan IP 400 akan diperluas untuk dongkrak produksi padi
Kunci Sukses
Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi, ada beberapa kunci menyukseskan program IP 400. Pertama, semai di luar bisa dengan sistem culik, dapog atau tray dan menggunakan benih umur pendek 70 sampai 90 hari yang disemai di luar.
Kedua, melakukan mekanisasi pertanian supaya hemat waktu dan tenaga. Ketiga, pemakaian pupuk kimia dikurangi secara bertahap hanya urea 25 kg per musim per hektare dan menggunakan unsur hara dari kompos, limbah tanaman, dan limbah ternak.
Keempat, pola tanam 4 kali setahun terdiri dari padi-palawija-padi-palawija, padi-padi-palawija-padi, padi-padi-padi-padi atau pola tanam lainnya sesuai kondisi setempat. Kelima, hemat penggunaan air dari sumur/embung/pompa air di lahan kering atau tadah hujan dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian terlebih dahulu.
Keenam, menerapkan Integrated farming menuju zero waste, antisipasi dan mitigasi organisme pengganggu tanaman. Ketujuh, melakukan hilirisasi dan skala kawasan korporasi sebagai off taker untuk akses KUR.
Ditjen Tanaman Pangan melalui Direktorat Serealia menyebutkan sejumlah upaya yang dilakukan untuk mendukung kegiatan IP-400 Tahun Anggaran 2022 yaitu berupa pengembangan budi daya padi kaya gizi atau biofortifikasi seluas 35.000 hektare di tingkat provinsi dengan menggunakan varietas Inpari Nutri zinc/Inpago 13 Fortiz serta lokasi lahan di wilayah prevelansi stunting tinggi/berdekatan.
Selain itu pemerintah pusat juga melakukan pengembangan budi daya padi kaya gizi atau biofortifikasi dengan luas lahan 65.000 hektare, menggunakan varietas Inpari Nutrizinc/Inpago 13 Fortiz yang mana lokasi lahan di wilayah prevelansi stunting tinggi/berdekatan.
Dukungan juga berupa pengembangan budi daya padi ramah lingkungan dengan luas pengembangan 10.800 hektare, prioritas menggunakan Varietas Unggul Baru (VUB) yang berdaya hasil tinggi, memanfaatkan pupuk kimia guna meningkatkan efisiensi serta penggunaan bahan organik untuk perbaikan kimia tanah dan penggunaan biopestisida ramah lingkungan.
Yang tak kalah penting yakni Optimalisasi Peningkatan IP400 dengan luas lahan pengembangan mencapai 30.000 hektare serta didukung bantuan sarana produksi (saprodi) 1 musim tanam dan bantuan benih selama 3 musim tanam.
Dalam kegiatan ini sejumlah faktor kunci sangat menentukan keberhasilannya yakni benih sangat genjah, semai culik, optimasi alsintan pra dan pascapanen, air tersedia dan non endemis organisme pengganggu tanaman.
Dukungan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk komponen bantuan dimana untuk pengembangan padi biofortifikasi berupa benih 25 kg/hektare, pupuk NPK nonsubsidi 100 kg/hektare, dan pupuk hayati 1 paket/hektare. Sedangkan untuk program padi ramah lingkungan benih 25 kg/hektare, NPK non subsidi 100 kg/hektare, pembenah tanah organik 5 kg/hektare, insektisida nabati 3 liter/hektare dan fungisida 3 liter/hektare.
Sedangkan bantuan yang disiapkan untuk program Optimalisasi Peningkatan IP400 berupa benih 25 kg/hektare, NPK nonsubsidi 100 kg/hektare, pupuk mikro 1 paket/hektare, pupuk organik 1 paket/hektare, dekomposer 3 liter/hektare dan pupuk hayati 1paket/hektare.
Upaya dan terobosan dalam meningkatkan produksi padi secara nasional telah dicanangkan pemerintah, dengan IP400 diharapkan Indonesia bisa segera meraih swasembada berkelanjutan, apalagi sudah terbukti bahwa selama dua tahun terakhir tidak ada impor beras umum.
Baca juga: Peneliti: Perkecil kesenjangan produktivitas beras seluruh Indonesia
Upaya ini dimaksudkan sebagai terobosan meningkatkan stok beras nasional agar semakin tangguh menghadapi tantangan COVID-19 dan perubahan iklim, bahkan untuk mewujudkan Indonesia ekspor beras.
Program percepatan tanam IP 400 merupakan salah satu terobosan menghadapi anomali perubahan iklim agar persediaan pangan tetap tersedia. Sebab cuaca ke depan tidak bisa diprediksi sehingga kapan air dan cuaca yang bagus harus segera dilakukan penanaman.
Penyediaan beras bagi rakyat Indonesia, tidak akan mampu hanya didukung dengan luasan lahan yang tetap, bahkan cenderung semakin menurun. Salah satu cara untuk mencapai swasembada beras yang lestari, perlu dilakukan peningkatan IP Padi menjadi 400, dengan terobosan teknologi melalui dukungan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) serta mengedepankan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Oleh karena itu Program IP 400 dinilai bisa menjadi solusi dalam meningkatkan produksi besar sehingga Indonesia bisa swasembada pangan dan tak perlu impor beras lagi. Dengan IP 400, pertanian bisa memanfaatkan sumber daya air dan sinar matahari secara maksimal.
Indeks Pertanaman (IP) Padi 400, merupakan pilihan yang menjanjikan guna meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan lahan baru. Konsepnya adalah dalam satu tahun di hamparan sawah yang memiliki irigasi sepanjang tahun, dapat ditanami padi selama empat kali.
Ada empat faktor pendukung sebagai keberhasilan dalam pelaksanaan IP Padi 400 tersebut, antara lain penggunaan benih varietas padi sangat genjah yang memiliki umur 90-104 hari.
Terkait penggunaan varietas padi sangat genjah dengan umur 90-104 Hari Setelah Semai (HSS) dan ultra genjah (kurang dari 90 hari HSS) sejumlah varietas tersebut yakni Cakrabuana (104 HSS), Pajajaran (104 HSS), Inpari 19 (104 HSS), Inpari 20 (104 HSS), Inpari Sidenuk (103 HSS), Inpari 18 (102 HSS), Inpari 13 (99 HSS), Inpari 12 (99 HSS) dan M70D (87 HSS).
Faktor lain yakni Pengendalian Hama/penyakit Terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional serta pengelolaan hara secara terpadu spesifik lokasi dan manajemen tanam dan panen yang efisien.
Lahan yang potensial untuk pelaksanaan program in adalah lahan irigasi dengan IP Padi 200, baik dengan irigasi teknis maupun sederhana. Untuk menjamin keberhasilan, perlu didukung empat syarat yaitu satu hamparan yang waktu tanamnya serempak dengan luas minimal 25 ha, petak tersier yang dekat saluran sekunder, air irigasi tersedia selama 11 bulan, dan bukan daerah endemik hama-penyakit.
Program percepatan tanam IP 400 dinilai dapat meningkatkan produksi padi dan memitigasi anomali perubahan iklim. Terbukti, rata-rata daerah telah berhasil menerapkan IP 400, yang dilakukan dengan memperbaiki varietas, budaya tanam, membangun hilirisasi dan sampai hal-hal lainnya harus diterapkan bersama.
Baca juga: Mentan: Kegiatan IP 400 akan diperluas untuk dongkrak produksi padi
Kunci Sukses
Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi, ada beberapa kunci menyukseskan program IP 400. Pertama, semai di luar bisa dengan sistem culik, dapog atau tray dan menggunakan benih umur pendek 70 sampai 90 hari yang disemai di luar.
Kedua, melakukan mekanisasi pertanian supaya hemat waktu dan tenaga. Ketiga, pemakaian pupuk kimia dikurangi secara bertahap hanya urea 25 kg per musim per hektare dan menggunakan unsur hara dari kompos, limbah tanaman, dan limbah ternak.
Keempat, pola tanam 4 kali setahun terdiri dari padi-palawija-padi-palawija, padi-padi-palawija-padi, padi-padi-padi-padi atau pola tanam lainnya sesuai kondisi setempat. Kelima, hemat penggunaan air dari sumur/embung/pompa air di lahan kering atau tadah hujan dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian terlebih dahulu.
Keenam, menerapkan Integrated farming menuju zero waste, antisipasi dan mitigasi organisme pengganggu tanaman. Ketujuh, melakukan hilirisasi dan skala kawasan korporasi sebagai off taker untuk akses KUR.
Ditjen Tanaman Pangan melalui Direktorat Serealia menyebutkan sejumlah upaya yang dilakukan untuk mendukung kegiatan IP-400 Tahun Anggaran 2022 yaitu berupa pengembangan budi daya padi kaya gizi atau biofortifikasi seluas 35.000 hektare di tingkat provinsi dengan menggunakan varietas Inpari Nutri zinc/Inpago 13 Fortiz serta lokasi lahan di wilayah prevelansi stunting tinggi/berdekatan.
Selain itu pemerintah pusat juga melakukan pengembangan budi daya padi kaya gizi atau biofortifikasi dengan luas lahan 65.000 hektare, menggunakan varietas Inpari Nutrizinc/Inpago 13 Fortiz yang mana lokasi lahan di wilayah prevelansi stunting tinggi/berdekatan.
Dukungan juga berupa pengembangan budi daya padi ramah lingkungan dengan luas pengembangan 10.800 hektare, prioritas menggunakan Varietas Unggul Baru (VUB) yang berdaya hasil tinggi, memanfaatkan pupuk kimia guna meningkatkan efisiensi serta penggunaan bahan organik untuk perbaikan kimia tanah dan penggunaan biopestisida ramah lingkungan.
Yang tak kalah penting yakni Optimalisasi Peningkatan IP400 dengan luas lahan pengembangan mencapai 30.000 hektare serta didukung bantuan sarana produksi (saprodi) 1 musim tanam dan bantuan benih selama 3 musim tanam.
Dalam kegiatan ini sejumlah faktor kunci sangat menentukan keberhasilannya yakni benih sangat genjah, semai culik, optimasi alsintan pra dan pascapanen, air tersedia dan non endemis organisme pengganggu tanaman.
Dukungan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk komponen bantuan dimana untuk pengembangan padi biofortifikasi berupa benih 25 kg/hektare, pupuk NPK nonsubsidi 100 kg/hektare, dan pupuk hayati 1 paket/hektare. Sedangkan untuk program padi ramah lingkungan benih 25 kg/hektare, NPK non subsidi 100 kg/hektare, pembenah tanah organik 5 kg/hektare, insektisida nabati 3 liter/hektare dan fungisida 3 liter/hektare.
Sedangkan bantuan yang disiapkan untuk program Optimalisasi Peningkatan IP400 berupa benih 25 kg/hektare, NPK nonsubsidi 100 kg/hektare, pupuk mikro 1 paket/hektare, pupuk organik 1 paket/hektare, dekomposer 3 liter/hektare dan pupuk hayati 1paket/hektare.
Upaya dan terobosan dalam meningkatkan produksi padi secara nasional telah dicanangkan pemerintah, dengan IP400 diharapkan Indonesia bisa segera meraih swasembada berkelanjutan, apalagi sudah terbukti bahwa selama dua tahun terakhir tidak ada impor beras umum.
Baca juga: Peneliti: Perkecil kesenjangan produktivitas beras seluruh Indonesia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: