Jakarta (ANTARA News) - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk menetapkan suku bunganya, membuat mata uang rupiah melemah terhadap mata uang dolar AS.

Kurs mata uang rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis pagi bergerak melemah 17 poin ke level Rp8.604 dibanding posisi terakhir sebelumnya Rp8.587.

Analis valas Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, di Jakarta, Kamis, mengatakan kebijakan bank sentral AS mempertahankan suku bunganya untuk waktu yang lama membuat nilai tukar dolar AS menguat terhadap euro dan yen.

"Hal tersebut membuat rupiah berpotensi melemah pada hari ini," kata dia.

Ia menambahkan, bank sentral AS akan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah sebagaimana saat ini sebesar 0 persen hingga 0,25 persen setidaknya pada 2-3 kali pertemuan mendatang.

Bank sentral AS, lanjut dia, juga masih akan mempertahankan posisi neracanya dan belum akan menjual kembali surat utang pemerintah (kontraksi moneter).

"Keputusan ini membuat mata uang dolar AS menguat terhadap mata uang kuat dunia," ujar dia.

Sementara itu, analis valuta asing Farial Anwar, mengatakan data ekonomi AS yang diangap masih kurang baik laporannya seperti masih terjadinya peningkatan angka jumlah pengangguran serta penjualan sektor properti yang mengalami penurunan hingga 30 persen menandakan perekonomian AS masih berjalan lambat.

Selain itu, lanjut dia, mata uang dolar AS saat ini mengalami penguatan relatif terbatas dan periode penguatan dolar AS sudah optimal.

"Krisis yang terjadi di Eropa serta negara Amerika Serikat (AS) ditanbah dengan negara Jepang yang juga masih dalam tahap pemulihan membuat investor melarikan dananya pada `emerging market`," katanya.

Ia mengatakan, pelemahan mata uang rupiah hanya bersifat sementara, ke depan masih diprediksi rupiah masih akan terus menguat kendati penguatannya masih di jaga oleh Bank Indonesia di level Rp8.500.