Mentan paparkan kunci hadapi perubahan iklim di pertemuan negara D-8
14 Januari 2022 12:33 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menghadiri pertemuan secara virtual dengan menteri pertanian dan ketahanan pangan negara D-8 di Jakarta, Jumat (14/1/2022). ANTARA/HO-Kementerian Pertanian/am.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam pertemuan internasional D-8 mengungkapkan inovasi kunci yang harus dilakukan setiap negara untuk menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada sektor pertanian agar tetap bisa mempertahankan produksi.
Mentan Syahrul dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan Pengembangan Climate Smart Agriculture (CSA) sangat tepat sebagai isu prioritas bagi negara D-8 di tengah situasi pertanian global yang menghadapi tekanan akibat perubahan iklim.
Terdapat setidaknya empat inovasi kunci dalam CSA, yakni pengelolaan dan pemanfaatan air secara lebih efisien dan berkelanjutan, perbaikan dalam pengelolaan hara dan pupuk, penerapan biofortifikasi pada tanaman pangan utama nasional, serta penerapan inovasi dan teknologi untuk menekan kehilangan hasil dan limbah pangan/Food Loss and Waste (FLW).
“Beberapa inovasi yang telah kami terapkan, di antaranya adalah mendorong implementasi Good Handling Practices (GHP), perbaikan kualitas ruang penyimpanan hasil panen, dan penerapan teknik pemanenan yang lebih baik melalui perbaikan desain mesin panen, serta memberikan pelatihan bagi operator dan bimbingan teknis bagi petani," kata Mentan.
Dalam pertemuan dengan delapan negara berkembang secara virtual tersebut, Mentan memastikan komitmen Indonesia yang siap berbagi pengalaman dengan seluruh anggota D-8.
Baca juga: Mentan: Teknologi jadi kunci pembangunan pertanian tahun depan
“Saya berharap melalui forum kerja sama ini kita dapat memperkuat sinergitas dalam mendorong adopsi inovasi dan teknologi CSA untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara luas khususnya di negara-negara angota D-8 dan dunia internasional pada umumnya,” katanya.
Mentan Syahrul mengungkapkan pada masa pandemi sektor pertanian telah menunjukkan ketangguhan sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia.
“Saat puncak pandemi pada tahun 2020, dibandingkan dengan kontribusi sektor lainnya, PDB sektor pertanian tercatat paling tinggi sebesar 16,24 persen meskipun PDB nasional mengalami kontraksi sebesar minus 4,19 persen. Para petani juga masih diuntungkan karena NTUP tahun 2020 yang meningkat 0,51 persen dari tahun sebelumnya," kata Mentan Syahrul.
Namun, ketergantungan sektor pertanian terhadap kondisi alam pun tidak dapat dipungkiri. Sektor pertanian sangat sensitif terhadap dampak perubahan iklim, karena bertumpu pada siklus air dan cuaca untuk menjaga produktivitasnya.
Negara D-8 sendiri merupakan kelompok delapan negara berkembang yang memiliki mayoritas penduduk muslim yang awalnya untuk menghimpun kekuatan negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
Dalam perkembangannya, negara D-8 bertransformasi menjadi kelompok negara yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat negara anggotanya melalui pembangunan ekonomi dan sosial serta justru tidak bersifat eksklusif keagamaan. Anggota negara D-8 adalah Bangladesh, Mesir, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Turki, serta Indonesia.
Baca juga: Mentan: Inovasi dan teknologi pertanian kunci antisipasi La Nina
Mentan Syahrul dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan Pengembangan Climate Smart Agriculture (CSA) sangat tepat sebagai isu prioritas bagi negara D-8 di tengah situasi pertanian global yang menghadapi tekanan akibat perubahan iklim.
Terdapat setidaknya empat inovasi kunci dalam CSA, yakni pengelolaan dan pemanfaatan air secara lebih efisien dan berkelanjutan, perbaikan dalam pengelolaan hara dan pupuk, penerapan biofortifikasi pada tanaman pangan utama nasional, serta penerapan inovasi dan teknologi untuk menekan kehilangan hasil dan limbah pangan/Food Loss and Waste (FLW).
“Beberapa inovasi yang telah kami terapkan, di antaranya adalah mendorong implementasi Good Handling Practices (GHP), perbaikan kualitas ruang penyimpanan hasil panen, dan penerapan teknik pemanenan yang lebih baik melalui perbaikan desain mesin panen, serta memberikan pelatihan bagi operator dan bimbingan teknis bagi petani," kata Mentan.
Dalam pertemuan dengan delapan negara berkembang secara virtual tersebut, Mentan memastikan komitmen Indonesia yang siap berbagi pengalaman dengan seluruh anggota D-8.
Baca juga: Mentan: Teknologi jadi kunci pembangunan pertanian tahun depan
“Saya berharap melalui forum kerja sama ini kita dapat memperkuat sinergitas dalam mendorong adopsi inovasi dan teknologi CSA untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara luas khususnya di negara-negara angota D-8 dan dunia internasional pada umumnya,” katanya.
Mentan Syahrul mengungkapkan pada masa pandemi sektor pertanian telah menunjukkan ketangguhan sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia.
“Saat puncak pandemi pada tahun 2020, dibandingkan dengan kontribusi sektor lainnya, PDB sektor pertanian tercatat paling tinggi sebesar 16,24 persen meskipun PDB nasional mengalami kontraksi sebesar minus 4,19 persen. Para petani juga masih diuntungkan karena NTUP tahun 2020 yang meningkat 0,51 persen dari tahun sebelumnya," kata Mentan Syahrul.
Namun, ketergantungan sektor pertanian terhadap kondisi alam pun tidak dapat dipungkiri. Sektor pertanian sangat sensitif terhadap dampak perubahan iklim, karena bertumpu pada siklus air dan cuaca untuk menjaga produktivitasnya.
Negara D-8 sendiri merupakan kelompok delapan negara berkembang yang memiliki mayoritas penduduk muslim yang awalnya untuk menghimpun kekuatan negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
Dalam perkembangannya, negara D-8 bertransformasi menjadi kelompok negara yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat negara anggotanya melalui pembangunan ekonomi dan sosial serta justru tidak bersifat eksklusif keagamaan. Anggota negara D-8 adalah Bangladesh, Mesir, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Turki, serta Indonesia.
Baca juga: Mentan: Inovasi dan teknologi pertanian kunci antisipasi La Nina
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: