BKKBN ingin tekan angka anemia pada ibu hamil lewat Elsimil
13 Januari 2022 22:35 WIB
Tangkapan layar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo (kanan) bersama penyiar dalam Siaran Ngopi Sore Sonora bersama BKKBN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (13/1/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan pihaknya ingin serius menekan angka ibu hamil dengan anemia lewat aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil).
“Sekitar 36 sampai 38 persen perempuan remaja di negara kita, itu anemia dan bisa menjadi salah satu sumber stunting bahkan kematian ibu dan bayi. Oleh karena itu tolong betul nanti pada remaja yang mau menikah tiga bulan sebelumnya periksakan (kesehatannya),” kata Hasto dalam Siaran Ngopi Sore Sonora bersama BKKBN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Hasto menyebutkan, dalam setahun terdapat dua juta pasangan yang mau menikah. Tetapi 38 persen calon ibu menderita anemia, bahkan sebesar 48 persen terkena anemia setelah hamil.
Baca juga: BKKBN: 1,2 juta kader mampu akomodasi pendataan keluarga Indonesia
Akibatnya, 400 ribu anak lahir dalam kondisi kerdil (stunting) setiap tahunnya. Padahal, bila dihitung sampai dengan tahun 2024, jumlah anak yang lahir sejak sekarang dapat mencapai 12,5 juta jiwa sehingga perlu penanganan khusus yang dimulai dari hulu.
“Sehingga bayi-bayi yang baru mau lahir atau sudah lahir, itu harus dikawal. Kalau tidak, nanti lahir stunting. Makanya ini harus dikawal betul,” tegas dia.
Melalui aplikasi yang baru saja diuji coba di enam provisi itu, dia mengatakan BKKBN bisa mengkoreksi kesehatan para ibu hamil. Dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan hemoglobin (Hb) dalam darah yang dibantu oleh bidan dan tim pendamping keluarga.
Sebanyak 600 ribu personel atau yang terbagi menjadi 200 tim pendamping keluarga, dikerahkan pihaknya untuk mengawal para calon ibu dan ibu yang sedang hamil di sekitar 74 ribu desa yang ada di Indonesia.
Baca juga: BKKBN: Edukasi reproduksi bantu keluarga rencanakan pernikahan
Dari data-data yang dikumpulkan, para calon pengantin akan terlihat apakah sudah memenuhi syarat untuk hamil atau tidak. Bila belum, pihaknya tidak akan melarang untuk menikah, tetapi pihak perempuan akan diberikan modul yang dapat membantunya memperbaiki asupan gizi.
Karena ibu hamil benar-benar tidak boleh kekurangan asupan asam folat dan vitamin C, termasuk mengirimkan tablet darah untuk dikonsumsi secara rutin. Termasuk kontrol indeks massa tubuh ibu yang kurang atau kelebihan berat badan dalam kurun waktu selama tiga bulan.
Ia mengaku telah menyampaikan ide kepada sejumlah kementerian seperti Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan RI untuk menjadikan data pada Elsimil sebagai syarat untuk menikah.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk upaya pihaknya, menjaga kesehatan calon ibu dan terus menekan angka prevalensi kekerdilan yang berhasil turun menjadi 24,4 persen di tahun 2021 lalu.
“Jadi tolong, ini penting sekali untuk dipahami supaya saat melahirkan keturunan kita tercinta, akan menjadi generasi penerus kita yang berkualitas dan unggul lebih dari ibunya dan bapaknya,” tegas Hasto.
Baca juga: BKKBN: Kampung KB bantu daerah tertinggal lebih diperhatikan
Baca juga: Hasto Wardoyo: BKKBN memiliki "PR" turunkan kekerdilan 10 persen
Baca juga: BKKBN: Anak terlahir kerdil tak boleh lebih dari 680 ribu jiwa
“Sekitar 36 sampai 38 persen perempuan remaja di negara kita, itu anemia dan bisa menjadi salah satu sumber stunting bahkan kematian ibu dan bayi. Oleh karena itu tolong betul nanti pada remaja yang mau menikah tiga bulan sebelumnya periksakan (kesehatannya),” kata Hasto dalam Siaran Ngopi Sore Sonora bersama BKKBN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Hasto menyebutkan, dalam setahun terdapat dua juta pasangan yang mau menikah. Tetapi 38 persen calon ibu menderita anemia, bahkan sebesar 48 persen terkena anemia setelah hamil.
Baca juga: BKKBN: 1,2 juta kader mampu akomodasi pendataan keluarga Indonesia
Akibatnya, 400 ribu anak lahir dalam kondisi kerdil (stunting) setiap tahunnya. Padahal, bila dihitung sampai dengan tahun 2024, jumlah anak yang lahir sejak sekarang dapat mencapai 12,5 juta jiwa sehingga perlu penanganan khusus yang dimulai dari hulu.
“Sehingga bayi-bayi yang baru mau lahir atau sudah lahir, itu harus dikawal. Kalau tidak, nanti lahir stunting. Makanya ini harus dikawal betul,” tegas dia.
Melalui aplikasi yang baru saja diuji coba di enam provisi itu, dia mengatakan BKKBN bisa mengkoreksi kesehatan para ibu hamil. Dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan hemoglobin (Hb) dalam darah yang dibantu oleh bidan dan tim pendamping keluarga.
Sebanyak 600 ribu personel atau yang terbagi menjadi 200 tim pendamping keluarga, dikerahkan pihaknya untuk mengawal para calon ibu dan ibu yang sedang hamil di sekitar 74 ribu desa yang ada di Indonesia.
Baca juga: BKKBN: Edukasi reproduksi bantu keluarga rencanakan pernikahan
Dari data-data yang dikumpulkan, para calon pengantin akan terlihat apakah sudah memenuhi syarat untuk hamil atau tidak. Bila belum, pihaknya tidak akan melarang untuk menikah, tetapi pihak perempuan akan diberikan modul yang dapat membantunya memperbaiki asupan gizi.
Karena ibu hamil benar-benar tidak boleh kekurangan asupan asam folat dan vitamin C, termasuk mengirimkan tablet darah untuk dikonsumsi secara rutin. Termasuk kontrol indeks massa tubuh ibu yang kurang atau kelebihan berat badan dalam kurun waktu selama tiga bulan.
Ia mengaku telah menyampaikan ide kepada sejumlah kementerian seperti Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan RI untuk menjadikan data pada Elsimil sebagai syarat untuk menikah.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk upaya pihaknya, menjaga kesehatan calon ibu dan terus menekan angka prevalensi kekerdilan yang berhasil turun menjadi 24,4 persen di tahun 2021 lalu.
“Jadi tolong, ini penting sekali untuk dipahami supaya saat melahirkan keturunan kita tercinta, akan menjadi generasi penerus kita yang berkualitas dan unggul lebih dari ibunya dan bapaknya,” tegas Hasto.
Baca juga: BKKBN: Kampung KB bantu daerah tertinggal lebih diperhatikan
Baca juga: Hasto Wardoyo: BKKBN memiliki "PR" turunkan kekerdilan 10 persen
Baca juga: BKKBN: Anak terlahir kerdil tak boleh lebih dari 680 ribu jiwa
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: