Wamen LHK resmikan Pusat Penyelamatan Orangutan di Langkat
13 Januari 2022 22:24 WIB
Wamen LHK Alue Dohong menggunting pita meresmikan Pusat Penyelamatan Orangutan, Beruang, dan Primata dilindungi di Langkat, Sumatera Utara. (ANTARA/HO)
Medan (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong meresmikan Pusat Penyelamatan Orangutan, Beruang, dan Primata dilindungi lainnya di Desa Bukit Mas Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
"Keanekaragaman hayati sebagai kekayaan bangsa, pengelolaannya dimandatkan kepada Negara dan pemerintah untuk kepentingan seluruh masyarakat," kata Alue, dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Alue menyebutkan, konservasi tidak bisa dilakukan dan bekerja sendiri, harus dilakukan bersinergi dengan para pihak. Pemerintah sangat terbantu dengan "filing the gap" oleh para pihak, dan dibutuhkan harmonisasi antara manusia dan satwa liar agar tidak terjadi konflik yang menyebabkan kerugian," ucapnya.
Baca juga: KLHK lepasliarkan delapan orangutan di TN Bukit Baka Bukit Raya
Wamen LHK juga berharap apa yang telah dibuat mitra kerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara, dalam hal ini YOSL-OIC melalui Penyelamatan Orangutan, Beruang, dan Prima Dilindungi lainnya ini dapat berkontribusi pada konservasi yang ada di Indonesia dan memberikan manfaat pada masyarakat.
Pusat penyelamatan ini mulai menerima satwa sejak tahun 2021, memiliki fasilitas memadai sebagai pusat penyelamatan satwa, terdiri dari kandang kkinik/karantina berbagai jenis kandang untuk priate dan beruang, serta peralatan medis yang lengkap untuk mendukung misi penyelamatan satwa.
Semua satwa berasal dari titipan Balai Besar KSDA Sumut, dan saat ini SRA menangani empat owa ungko (Hylobates Agilis), 1 owa sarudung (Hylobates Lar), 14 siamang (Symphalangus Syndactylus), 2 orangutan (Pongo Abeli), dan 1 beruang madu (Helarctos Malayanus).
Penyelamatan Oragutan, Beruang, dan Primata Dilindungi lainnya didirikan tahun 2020, merupakan kerja sama BBKSDA Sumut, BKSDA Aceh, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC).
Misi yang diusung adalah menampung, merehabilitasi serta berupaya melepasliarkan kembali satwa liar milik negara ke habitat alaminya. Misi ini tidak hanya di Sumatera Utara, tetap juga akan mendukung upaya penyelamatan satwa di Aceh.
Pusat penyelamatan ini memiliki 8 staf yang terdiri 2 manajer, 1 dokter hewan, 1 ahli biologi, 1 head keeper dan 3 animal keeper. Semua staf menjalani pemeriksaan medis sebelum mereka bekerja, untuk memastikan tidak ada penyakit menular dari satwa ke manusia atau sebaliknya (Zoonosis).
Baca juga: BBKSDA Sumut kirim lima orangutan ke Jambi
Baca juga: Tiga ekor orangutan dilepasliarkan di hutan Kapuas Hulu Kalbar
Baca juga: Anggota DPR dukung program penyelamatan orang utan oleh YIARI
"Keanekaragaman hayati sebagai kekayaan bangsa, pengelolaannya dimandatkan kepada Negara dan pemerintah untuk kepentingan seluruh masyarakat," kata Alue, dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Alue menyebutkan, konservasi tidak bisa dilakukan dan bekerja sendiri, harus dilakukan bersinergi dengan para pihak. Pemerintah sangat terbantu dengan "filing the gap" oleh para pihak, dan dibutuhkan harmonisasi antara manusia dan satwa liar agar tidak terjadi konflik yang menyebabkan kerugian," ucapnya.
Baca juga: KLHK lepasliarkan delapan orangutan di TN Bukit Baka Bukit Raya
Wamen LHK juga berharap apa yang telah dibuat mitra kerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara, dalam hal ini YOSL-OIC melalui Penyelamatan Orangutan, Beruang, dan Prima Dilindungi lainnya ini dapat berkontribusi pada konservasi yang ada di Indonesia dan memberikan manfaat pada masyarakat.
Pusat penyelamatan ini mulai menerima satwa sejak tahun 2021, memiliki fasilitas memadai sebagai pusat penyelamatan satwa, terdiri dari kandang kkinik/karantina berbagai jenis kandang untuk priate dan beruang, serta peralatan medis yang lengkap untuk mendukung misi penyelamatan satwa.
Semua satwa berasal dari titipan Balai Besar KSDA Sumut, dan saat ini SRA menangani empat owa ungko (Hylobates Agilis), 1 owa sarudung (Hylobates Lar), 14 siamang (Symphalangus Syndactylus), 2 orangutan (Pongo Abeli), dan 1 beruang madu (Helarctos Malayanus).
Penyelamatan Oragutan, Beruang, dan Primata Dilindungi lainnya didirikan tahun 2020, merupakan kerja sama BBKSDA Sumut, BKSDA Aceh, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC).
Misi yang diusung adalah menampung, merehabilitasi serta berupaya melepasliarkan kembali satwa liar milik negara ke habitat alaminya. Misi ini tidak hanya di Sumatera Utara, tetap juga akan mendukung upaya penyelamatan satwa di Aceh.
Pusat penyelamatan ini memiliki 8 staf yang terdiri 2 manajer, 1 dokter hewan, 1 ahli biologi, 1 head keeper dan 3 animal keeper. Semua staf menjalani pemeriksaan medis sebelum mereka bekerja, untuk memastikan tidak ada penyakit menular dari satwa ke manusia atau sebaliknya (Zoonosis).
Baca juga: BBKSDA Sumut kirim lima orangutan ke Jambi
Baca juga: Tiga ekor orangutan dilepasliarkan di hutan Kapuas Hulu Kalbar
Baca juga: Anggota DPR dukung program penyelamatan orang utan oleh YIARI
Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: