Standard Chartered: Pemulihan dapatkan momentum pada triwulan III-2022
13 Januari 2022 18:30 WIB
Warga melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (21/7/2021). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 hingga semester I/2021 telah mencapai 42,5 persen dari total anggaran tahun ini. Realisasi tersebut naik 9,4 persen secara tahunan (year on year) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Bank Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra memperkirakan pemulihan ekonomi mendapatkan momentumnya di Triwulan III-2022 karena banyaknya pekerja kembali ke pekerjaan formal dan perusahaan memulai siklus belanja modal sebagai respons terhadap membaiknya permintaan domestik.
“Situasi COVID-19 domestik yang membaik dan penyelenggaraan vaksinasi yang lebih cepat akan memungkinkan pembukaan kembali ekonomi lebih lanjut, meskipun risiko varian baru dapat memperlambat pemulihan," ungkap Aldian dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.
Namun, beberapa sektor mungkin tertinggal dalam pemulihan, misalnya sektor terkait pariwisata lantaran tetap terpengaruh oleh pembatasan mobilitas lintas batas negara yang dirancang untuk mencegah penyebaran varian virus baru.
Baca juga: Sri Mulyani harap UU HKPD mampu ciptakan efisiensi alokasi sumber daya
Dengan demikian, dirinya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat menjadi 4,8 persen pada tahun 2022, dari 3,6 persen pada tahun 2021, dan meningkat menjadi 5,1 persen di 2023.
Kemudian nilai tukar rupiah diprediksikan akan menguat terhadap dolar AS menjadi Rp14 ribu pada akhir triwulan I-2022, sebelum mencapai Rp14.500 pada akhir 2022, yang disebabkan oleh keseimbangan eksternal yang membaik, harga komoditas global yang tinggi, dan kebijakan moneter yang berhati-hati.
Selain itu, ekspor Indonesia diperkirakan akan meningkat 7,3 persen pada tahun 2022, yang didukung oleh produksi mineral olahan yang lebih tinggi dan permintaan komoditas yang kuat.
Baca juga: Bahlil: Stabilitas ekonomi-politik dibutuhkan untuk pulih dari pandemi
Sementara itu, Aldian memproyeksikan impor tumbuh sebesar 17 persen pada tahun 2022, sedangkan inflasi akan berada pada level rata-rata sebesar tiga persen pada tahun ini, sehingga masih dalam target dua persen sampai empat persen dari Bank Indonesia.
Membaiknya prospek ekonomi bersama dengan reformasi struktural dan peraturan yang sedang berlangsung akan dapat mendukung investasi sektor swasta.
Pertumbuhan investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang positif sebesar 1,6 persen pada tahun 2020 dan 8,4 persen pada sembilan bulan pertama di 2021 meskipun pandemi tengah berlangsung menunjukkan bahwa persepsi investor terhadap Indonesia tetap positif.
“Situasi COVID-19 domestik yang membaik dan penyelenggaraan vaksinasi yang lebih cepat akan memungkinkan pembukaan kembali ekonomi lebih lanjut, meskipun risiko varian baru dapat memperlambat pemulihan," ungkap Aldian dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.
Namun, beberapa sektor mungkin tertinggal dalam pemulihan, misalnya sektor terkait pariwisata lantaran tetap terpengaruh oleh pembatasan mobilitas lintas batas negara yang dirancang untuk mencegah penyebaran varian virus baru.
Baca juga: Sri Mulyani harap UU HKPD mampu ciptakan efisiensi alokasi sumber daya
Dengan demikian, dirinya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat menjadi 4,8 persen pada tahun 2022, dari 3,6 persen pada tahun 2021, dan meningkat menjadi 5,1 persen di 2023.
Kemudian nilai tukar rupiah diprediksikan akan menguat terhadap dolar AS menjadi Rp14 ribu pada akhir triwulan I-2022, sebelum mencapai Rp14.500 pada akhir 2022, yang disebabkan oleh keseimbangan eksternal yang membaik, harga komoditas global yang tinggi, dan kebijakan moneter yang berhati-hati.
Selain itu, ekspor Indonesia diperkirakan akan meningkat 7,3 persen pada tahun 2022, yang didukung oleh produksi mineral olahan yang lebih tinggi dan permintaan komoditas yang kuat.
Baca juga: Bahlil: Stabilitas ekonomi-politik dibutuhkan untuk pulih dari pandemi
Sementara itu, Aldian memproyeksikan impor tumbuh sebesar 17 persen pada tahun 2022, sedangkan inflasi akan berada pada level rata-rata sebesar tiga persen pada tahun ini, sehingga masih dalam target dua persen sampai empat persen dari Bank Indonesia.
Membaiknya prospek ekonomi bersama dengan reformasi struktural dan peraturan yang sedang berlangsung akan dapat mendukung investasi sektor swasta.
Pertumbuhan investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang positif sebesar 1,6 persen pada tahun 2020 dan 8,4 persen pada sembilan bulan pertama di 2021 meskipun pandemi tengah berlangsung menunjukkan bahwa persepsi investor terhadap Indonesia tetap positif.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: