Jakarta (ANTARA) - Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erna Sri Adiningsih mengatakan satelit LAPAN-Tubsat/LAPAN-A1 masih berfungsi meski telah mengudara selama 15 tahun.

"Saat ini satelit LAPAN-Tubsat/LAPAN-A1 masih berfungsi secara terbatas karena usia yang sudah menua," kata Erna saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Meski satelit LAPAN-A1 sudah berumur 15 tahun tepatnya pada 10 Januari 2022, namun sistem bus satelit masih baik, dan kamera resolusi rendah masih berfungsi.

Baca juga: BRIN targetkan peluncuran satelit Lapan A-4 pada 2022

Erna menuturkan satelit tersebut masih digunakan untuk melakukan riset dan eksperimen pengendalian satelit berorbit rendah atau satelit LEO (Low Earth Orbit) dan juga riset komponen satelit oleh periset di Pusat Teknologi Satelit.

Tepat pada 10 Januari 2007 satelit LAPAN-A1/LAPAN-Tubsat diluncurkan menggunakan Roket PSLV C-07 di Sriharikota, India.

Sebagai salah satu satelit LEO tertua di dunia, LAPAN-A1 telah mengorbit selama 15 tahun dan mengitari Bumi sebanyak 81.108 kali.

Umur LAPAN-A1 diprediksi hanya berkisar 2-3 tahun. Namun hingga saat ini, satelit itu telah menginjak usia 15 tahun.

Baca juga: BRIN ciptakan platfrom Hub COVID-19 pantau risiko penyebaran COVID-19


Satelit LAPAN generasi pertama tersebut masih mengorbit dan mampu menerima sinyal dari stasiun bumi, walaupun beberapa muatan sudah tidak bekerja secara optimal.

LAPAN-Tubsat/LAPAN-A1 adalah suatu satelit mikro yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin).

Wahana tersebut dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun juga menyertakan sensor bintang yang baru.

Satelit LAPAN-Tubsat yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45x45x27 sentimeter itu digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.

LAPAN-A1 membawa satu kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630 kilometer serta satu kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer.

Sebagai satelit pengamatan, satelit LAPAN-A1 dapat digunakan untuk melakukan pemantauan langsung kebakaran hutan, gunung meletus, tanah longsor dan kecelakaan kapal maupun pesawat.

Tapi pengamatan banjir akan sulit dilakukan karena kamera tidak bisa menembus awan tebal yang biasanya menyertai kejadian banjir.


Baca juga: LAPAN: Curah hujan Indonesia dominan dipengaruhi angin monsun dan IOD