Tenis
Djokovic konfirmasi soal insiden perjalanannya ke Australia
12 Januari 2022 13:29 WIB
Petenis Serbia Novak Djokovic berlatih, saat pertanyaan seputar sengketa hukum terkait visanya untuk bermain di Australian Open masih dipertanyakan, di Melbourne Park, Melbourne, Australia, Rabu (12/1/2022). ANTARA/REUTERS/Loren Elliott/am.
Jakarta (ANTARA) - Novak Djokovic mengungkapkan bahwa terjadi kesalahan dokumen saat masuk ke Australia, yang melanggar peraturan negara itu, sementara pemerintah mengatakan masih mempertimbangkan apakah akan mendeportasi petenis nomor satu dunia itu.
Djokovic ditahan di tahanan imigrasi di Melbourne selama beberapa hari setelah visanya dibatalkan oleh petugas imigrasi, yang mempertanyakan pengecualian medisnya untuk persyaratan wajib vaksin COVID-19.
Dia dibebaskan, Senin, setelah hakim membatalkan keputusan itu, dengan mengatakan bahwa pembatalan visa tersebut "tidak masuk akal" karena Djokovic tidak diberi waktu untuk berkonsultasi dengan pengacara dan ofisial tenis ketika dia tiba di Australia.
Baca juga: Djokovic dan Barty unggulan teratas Australian Open
Djokovic melalui Instagram miliknya, Rabu, mengunggah pernyataan bahwa dokumen perjalanannya diisi oleh tim, yang membuat "kesalahan administratif" ketika mereka mencentang kotak "tidak" untuk tanggapan apakah dia telah melakukan perjalanan ke tempat lain dalam 14 hari sebelum tiba di Australia.
"Ini adalah kesalahan manusia dan tentu saja tidak disengaja," kata Djokovic.
"Kita hidup di masa yang penuh tantangan dalam pandemi global dan terkadang kesalahan ini bisa terjadi."
Pernyataan itu muncul ketika Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke mempertimbangkan apakah akan membatalkan visa petenis asal Serbia itu menjelang Australian Open, yang dimulai pada 17 Januari.
Dikutip dari Reuters, memberikan informasi palsu atau menyesatkan merupakan bentuk pelanggaran, dengan ancaman hukuman maksimum 12 bulan penjara dan denda hingga 6.600 dolar Australia atau sekitar Rp68 juta, serta pembatalan visa.
Djokovic, yang berusaha untuk memenangi rekor 21 kemenangan turnamen utama di Australian Open, mengatakan pengacaranya telah memberikan informasi tambahan kepada pemerintah Australia, Rabu, untuk mengklarifikasi masalah tersebut.
Juru bicara Hawke, yang memiliki kewenangan untuk kembali membatalkan visa Djokovic, mengatakan menteri masih mempertimbangkan untuk mengambil tindakan, proses yang akan diperpanjang untuk menilai informasi baru.
Baca juga: Nadal sebut kontroversi Djokovic ibarat "sirkus"
Aturan ketat
Australia memiliki kebijakan yang melarang non-warga negara atau bukan penduduk masuk kecuali mereka telah divaksinasi penuh terhadap COVID-19, namun menawarkan pengecualian medis. Visa Djokovic dibatalkan dengan alasan dia belum divaksinasi dan pengecualian medisnya tidak memuaskan.
Putusan pengadilan, Senin, tidak membahas apakah pengecualian itu - berdasarkan Djokovic yang tertular COVID-19 bulan lalu - valid.
Kasus Djokovic membuat hubungan panas antara Canberra dan Beograd dan memicu perdebatan sengit mengenai kebijakan wajib vaksinasi COVID-19.
Pertanyaan muncul tentang pergerakan Djokovic sebelum datang ke Australia ketika unggahan media sosial menunjukkan dia di Beograd kurang dari dua pekan sebelum dia menuju ke Spanyol dan kemudian ke Australia.
Keterangan dari dua saksi mata dan satu orang lainnya, yang diperoleh Reuters, Selasa, menguatkan unggahan media sosial tersebut.
Djokovic, yang mengadakan sesi latihan di Melbourne Park, Rabu, tidak merinci perjalanannya dalam pernyataannya yang diunggah, Rabu.
Dalam penjelasan online untuk persyaratan pelaporan perjalanan 14 hari, pemerintah mengatakan informasi tersebut membantu menentukan pengaturan karantina yang diperlukan dan memungkinkan petugas kesehatan untuk menghubungi setiap orang yang datang jika sesama pelancong dinyatakan positif COVID-19.
Baca juga: Djokovic kembali berlatih setelah dibebaskan dari tahanan imigrasi
Permintaan wawancara
Dalam pernyataannya Djokovic juga meminta maaf karena menghadiri wawancara dan pemotretan L'Equipe pada 18 Desember, sehari setelah dia mengatakan bahwa dia telah dinyatakan positif COVID-19 bulan lalu.
"Ketika saya pulang ke rumah setelah wawancara untuk mengisolasi untuk periode yang diperlukan, merefleksi, ini adalah kesalahan penilaian dan saya menerima bahwa saya seharusnya menjadwal ulang janji ini," kata Djokovic.
Djokovic membantah laporan media yang menyebutkan bahwa dia juga tahu dia tertular COVID-19 ketika menghadiri acara tenis di Beograd untuk memberikan penghargaan kepada anak-anak pada 17 Desember.
"Saya tidak menunjukkan gejala dan merasa baik, dan saya belum menerima pemberitahuan hasil PCR positif sampai setelah peristiwa itu," kata Djokovic, menambahkan bahwa tes cepat antigen yang dilakukan sebelum acara juga negatif.
Postingan media sosial menunjukkan Djokovic berpose dengan anak-anak tanpa mengenakan masker.
Baca juga: Djokovic menang gugatan hukum, berpeluang tampil dalam Australia Open
Baca juga: Djokovic hadiri acara di Beograd 24 jam setelah tes positif COVID-19
Djokovic ditahan di tahanan imigrasi di Melbourne selama beberapa hari setelah visanya dibatalkan oleh petugas imigrasi, yang mempertanyakan pengecualian medisnya untuk persyaratan wajib vaksin COVID-19.
Dia dibebaskan, Senin, setelah hakim membatalkan keputusan itu, dengan mengatakan bahwa pembatalan visa tersebut "tidak masuk akal" karena Djokovic tidak diberi waktu untuk berkonsultasi dengan pengacara dan ofisial tenis ketika dia tiba di Australia.
Baca juga: Djokovic dan Barty unggulan teratas Australian Open
Djokovic melalui Instagram miliknya, Rabu, mengunggah pernyataan bahwa dokumen perjalanannya diisi oleh tim, yang membuat "kesalahan administratif" ketika mereka mencentang kotak "tidak" untuk tanggapan apakah dia telah melakukan perjalanan ke tempat lain dalam 14 hari sebelum tiba di Australia.
"Ini adalah kesalahan manusia dan tentu saja tidak disengaja," kata Djokovic.
"Kita hidup di masa yang penuh tantangan dalam pandemi global dan terkadang kesalahan ini bisa terjadi."
Pernyataan itu muncul ketika Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke mempertimbangkan apakah akan membatalkan visa petenis asal Serbia itu menjelang Australian Open, yang dimulai pada 17 Januari.
Dikutip dari Reuters, memberikan informasi palsu atau menyesatkan merupakan bentuk pelanggaran, dengan ancaman hukuman maksimum 12 bulan penjara dan denda hingga 6.600 dolar Australia atau sekitar Rp68 juta, serta pembatalan visa.
Djokovic, yang berusaha untuk memenangi rekor 21 kemenangan turnamen utama di Australian Open, mengatakan pengacaranya telah memberikan informasi tambahan kepada pemerintah Australia, Rabu, untuk mengklarifikasi masalah tersebut.
Juru bicara Hawke, yang memiliki kewenangan untuk kembali membatalkan visa Djokovic, mengatakan menteri masih mempertimbangkan untuk mengambil tindakan, proses yang akan diperpanjang untuk menilai informasi baru.
Baca juga: Nadal sebut kontroversi Djokovic ibarat "sirkus"
Aturan ketat
Australia memiliki kebijakan yang melarang non-warga negara atau bukan penduduk masuk kecuali mereka telah divaksinasi penuh terhadap COVID-19, namun menawarkan pengecualian medis. Visa Djokovic dibatalkan dengan alasan dia belum divaksinasi dan pengecualian medisnya tidak memuaskan.
Putusan pengadilan, Senin, tidak membahas apakah pengecualian itu - berdasarkan Djokovic yang tertular COVID-19 bulan lalu - valid.
Kasus Djokovic membuat hubungan panas antara Canberra dan Beograd dan memicu perdebatan sengit mengenai kebijakan wajib vaksinasi COVID-19.
Pertanyaan muncul tentang pergerakan Djokovic sebelum datang ke Australia ketika unggahan media sosial menunjukkan dia di Beograd kurang dari dua pekan sebelum dia menuju ke Spanyol dan kemudian ke Australia.
Keterangan dari dua saksi mata dan satu orang lainnya, yang diperoleh Reuters, Selasa, menguatkan unggahan media sosial tersebut.
Djokovic, yang mengadakan sesi latihan di Melbourne Park, Rabu, tidak merinci perjalanannya dalam pernyataannya yang diunggah, Rabu.
Dalam penjelasan online untuk persyaratan pelaporan perjalanan 14 hari, pemerintah mengatakan informasi tersebut membantu menentukan pengaturan karantina yang diperlukan dan memungkinkan petugas kesehatan untuk menghubungi setiap orang yang datang jika sesama pelancong dinyatakan positif COVID-19.
Baca juga: Djokovic kembali berlatih setelah dibebaskan dari tahanan imigrasi
Permintaan wawancara
Dalam pernyataannya Djokovic juga meminta maaf karena menghadiri wawancara dan pemotretan L'Equipe pada 18 Desember, sehari setelah dia mengatakan bahwa dia telah dinyatakan positif COVID-19 bulan lalu.
"Ketika saya pulang ke rumah setelah wawancara untuk mengisolasi untuk periode yang diperlukan, merefleksi, ini adalah kesalahan penilaian dan saya menerima bahwa saya seharusnya menjadwal ulang janji ini," kata Djokovic.
Djokovic membantah laporan media yang menyebutkan bahwa dia juga tahu dia tertular COVID-19 ketika menghadiri acara tenis di Beograd untuk memberikan penghargaan kepada anak-anak pada 17 Desember.
"Saya tidak menunjukkan gejala dan merasa baik, dan saya belum menerima pemberitahuan hasil PCR positif sampai setelah peristiwa itu," kata Djokovic, menambahkan bahwa tes cepat antigen yang dilakukan sebelum acara juga negatif.
Postingan media sosial menunjukkan Djokovic berpose dengan anak-anak tanpa mengenakan masker.
Baca juga: Djokovic menang gugatan hukum, berpeluang tampil dalam Australia Open
Baca juga: Djokovic hadiri acara di Beograd 24 jam setelah tes positif COVID-19
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: